Rabu, 23 September 2009

Bekal Kubur

Ada dialog yang cukup menggugah dan terjadi pada masa 'Amr Ibn Al-'Ash. Di siang hari, saat sedang istirahat, datanglah putra 'Amr Ibn Al-'Ash berkata kepadanya, "Wahai Ayahku, terangkanlah kepadaku tentang kematian. Sebab, engkaulah orang yang paling tepat bagiku untuk menerangkan masalah itu." 'Amru Ibn Al-'Ash merasa senang bercampur takut. Senang, karena anaknya mampu menjadikan dirinya bukan hanya sekedar ayah, tapi juga tempat bertanya dan berkeluh kesah. Takut, karena pertanyaan yang diajukan anaknya adalah pertanyaan yang cukup berat untuk dijelaskan. Sebab, tak ada seorang pun yang berani mengilustrasikan beratnya kematian itu. Dengan santai dan penuh kehati-hatian, 'Amr Ibn Al-'Ash menjawab, "Wahai anakku, Demi Allah, sungguh kematian itu seperti gunung-gunung yang ada di dunia ini sedang diletakkan di dadaku dan aku bernapas seperti bernapas dari lubang jarum." Mendengar jawaban 'Amr Ibn Al-Ash, sepertinya kematian itu cukup berat sekali. Seakan-akan tak sebanding dengan kehidupan yang dijalani di dunia ini. Padahal, kehidupan dan kematian adalah pasangan yang ditakdirkan oleh Allah SWT. Namun, kematian yang dikatakan 'Amr Ibn Al-'Ash itu adalah kondisi umum yang akan terjadi pada manusia yang memiliki bekal kematian. Dan, jawaban itu bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits Rasulullah. Di dalam surat Al-Hijr ayat 84, Allah SWT berfirman, "Maka tak dapat menolong mereka apa yang mereka usahakan." Memahami firman Allah tersebut, akan semakin membuat kita kian goyah dan kian takut menghadapi kematian yang akan dialami nanti dan terasa cukup berat sekali. Karena apa yang diusahakan di dunia ini akan sia-sia. Harta banyak yang telah diusahakan tidak mampu membantu. Isteri cantik yang dibanggakan selama ini tak bisa menolong. Anak yang pintar tak bisa membantu saat kematian menghampiri. Nyaris kondisi kita seperti apa yang dikatakan Rasulullah dalam haditsnya. Rasulullah SAW bersabda, "Tiada lain kondisi mayat di dalam kuburnya kecuali seperti orang tenggelam yang mencari pertolongan." Maka tepat apa yang dikatakan Abu Bakar Ash-Shiddiq RA tentang kematian, "Siapa yang masuk kubur tanpa bekal, seperti halnya melintasi laut tanpa perahu." Hanya kalimat hauqalah yang bisa kita ucapkan mendengar komentar Umar bin Khattab tentang kematian. La Haula Wala Quwwata Illa Billah. Lalu, bekal apa yang harus dicari agar kita bisa bernapas sekalipun seperti bernapas di lubang jarum? 'Aid Al-Qarni dalam bukunya Wa Ja'at Sakrat Al-Maut bi Al-Haqq menyatakan paling tidak ada empat hal yang harus dilakukan umat Muhammad agar memiliki bekal di dalam kubur. Pertama, sering menziarahi kubur. Dengan ziarah kubur, akan mengingatkan kita bahwa suatu saat kita akan merasakan seperti apa yang dirasakan si mayat di dalam kubur. Dari salam yang diucapkan penziarah hingga pertanyaan yang diajukan malaikat di dalam kubur. Dengan ziarah kubur, kita akan merenungkan bahwa kematian telah memisahkan kita dari segalanya yang ada di dunia ini dan mencampakkan kita ke dalam lubang yang gelap gulita. Tak ada lagi isteri, anak, harta, dan pakaian yang dibanggakan. Kematian menghapuskan semua itu dan memasukkan kita ke dalam lubang yang mengerikan. Kedua, menziarahi orang shaleh. Dengan seringnya mengunjungi orang shaleh dan mendengarkan nasehatnya, akan membuat kita terasa tenang, sekalipun kematian itu berat. Karena bernafas bagaikan dari lubang jarum yang dikatakan 'Amr Ibn Al-'Ash adalah gambaran umat Muhammad yang memiliki bekal kematian. Orang shaleh yang paling baik adalah orang-orang yang mengetauhi ilmu syari'at serta mendalami Al-Qur'an dan Hadits Rasul. Karena mereka hidup selalu diiringi dengan hujjah yang jelas dan memiliki firasat yang tajam dan akurat sebagai rahmat dan anugerah dari Allah untuk mereka. Bahkan Rasullullah sangat menganjurkan untuk berteman dengan orang shaleh yang berilmu dan mengamalkan ilmunya. Rasulullah SAW bersabda, "Bertemanlah kalian dengan ulama dan dengarkanlah perkataan hukama' (ahli hikmah). Karena Allah SWT menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah sebagaimana menghidupkan tanah gersang dengan hujan." Bukan hanya itu, Allah SWT juga berfirman tentang pentingnya berteman dengan orang shaleh dalam surat Az-Zukhruf ayat 67, "Teman-teman akrab pada hari itu sebagian menjadi musuh bagi sebagian lain kecuali orang-orang yang bertakwa." Ketiga, membaca Al-Qur'an. Al-Qur'an adalah kalam Allah SWT yang terdapat di dalamnya penjelasan tentang kematian, bekal yang dibawa, dan kehidupan yang akan dirasakan di dalam kubur. Dengan aktif membaca Al-Qur'an, seorang muslim menghadapi kematian tidak lagi dalam kondisi penuh ketakutan. Ia masih mampu bernafas, meskipun seperti kata 'Amr Ibn Al-'Ash seolah-olah bernafas dari lubang jarum. Karena Rasulullah SAW menceritakan bahwa orang yang rajin membaca Al-Qur'an akan mendapatkan syafa'at dari Al-Qur'an itu sendiri. Rasulullah SAW bersabda, "Bacalah Al-Qur'an, karena sesungguhnya ia akan datang kepada para pembacanya kelak di hari kiamat dengan membawa syafa'at." Bukan hanya itu saja, Rasulullah SAW juga mengkategorikan orang yang aktif membaca Al-Qur'an sebagai umat terbaiknya. Rasulullah SAW berkata, "Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya." Subhanallah, begitu mulia kedudukan pembaca Al-Qur'an. Dengan membaca Al-Qur'an, bekal yang dibawa sudah apik, apalagi jika Al-Qur'an telah tertanam dalam hati seorang hamba, maka ia akan memberikan pengaruh dan manfaat yang sangat luar biasa bagi hamba tersebut. Keempat, mengurangi cita-cita yang bersifat dunia. Artinya, cobalah untuk tidak takluk dengan dunia. Jadikan dunia dan isinya hanya sebagai kendaraan untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Karena dunia bukanlah tempat terakhir bagi kita. Masih ada tempat pertanggungjawaban yang melahirkan vonis apakah kita masuk penduduk yang merasakan nikmatnya jamuan-jamuan surga ataukah kita masuk penduduk yang harus berdomisili dulu di tempat pembalasan atas perbuatan keji kita di dunia dulu. Maka Rasulullah SAW selalu menasehati para sahabat dengan mengatakan, "Hiduplah di dunia ini bagaikan seorang pengembara." Sehingga, pesan Ibnu Umar layak untuk diingat, "Jika engkau sedang berada pada hari ini, maka janganlah engkau tunda-tunda sampai hari esok. Jika engkau sedang berada pada waktu sore, maka janganlah engkau tunda-tunda hingga pagi hari. Pergunakanlah sehatmu sebelum datang sakitmu dan pergunakanlah hidupmu sebelum datang matimu." Karena itu, marilah bertobat dan aktif berbuat baik. Tidaklah ada persiapan diri untuk menghadapi kematian yang lebih baik kecuali dengan menyegerakan diri bertobat dan senantiasa memperbaharui tobat dari hari ke hari. "Setiap yang berjiwa, pasti akan merasakan mati." (QS. Ali Imran : 185). Demikianlah Allah menegaskan tentang keberadaan kematian. Maka Sabda Rasulullah SAW, "Perbanyaklah olehmu mengingat si pencabut semua kesenangan." Kematian dikatakan sebagai si pencabut nyawa karena ia memisahkan seseorang dari apa pun dan siapa pun yang dicintainya dan akan ditempatkan ke dalam lubang yang gelap gulita. Semoga dengan bekal-bekal yang dijelaskan di atas, kematian dan gelapnya kubur tidak lagi menjadi hal yang begitu mengerikan sekali. Aamiin. - 24 Februari 2009

Sumber : Rahmat Hidayat Nasution http://kotasantri.com/index.php/pelangi/baca/48 9 September 2009 Sumber Gambar: http://www.mizan.com/bookimages/m-mengenali_alam_kubur.jpg

Perihal Pertanyaan Kubur oleh Malaikat

Allah berfirman [artinya]:

‘’Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan berbuat apa yang Dia kehendaki’’ (Ibrahim: 27)

Al-Bukhari meriwayatkan dari Al-Barra bin ‘Azib radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ‘’Apabila seorang muslim ditanya di dalam kubur, maka dia bersaksi babwa tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah rasul Allah. Itulah maksud firman Allah, Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh di dalam kehidupan dunia dan di akhirat’’ (HR Bukhari dan Muslim)

Hadits ini pun diriwayatkan oleh Muslim dan sejumlah kelompok orang yang menerima dari hadits Syu'bah juga.

Imam Ahmad meriwayatkan dari al-Barra bin Azib, dia berkata, ‘’Kami mengantarkan jenazah salah seorang dari kaum Anshar bersama Rasulullah. Kami tiba ke suatu kubur yang belum ditutup lahat. Maka Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam duduk dan kami pun duduk di sekitarnya. Seolah-olah di atas kepala kaini ada burung sedang di kakinya ada kayu yang hendak dijatuhkan ke bumi. Beliau menengadahkan kepalanya lalu bersabda, 'Mintalah perlindungan kepada Allah dari azab kubur.' Beliau mengatakannya dua atau tiga kali. Kemudian beliau melanjutkan, 'Apabila seorang hamba yang beriman meninggalkan dunia dan menghadap akhirat, maka turunlah kepadanya para malaikat dari langit yang berwajah putih seperti matahari. Mereka membawa kain kafan dan membawa beberapa selimut dari surga. Mereka duduk di dekat hamba itu dengan mengarahkan pandangan. Kemudian datanglah malaikat maut dan duduk di dekat kepala hamba seraya berkata, 'Hai nafsu yang baik, keluarlah untuk menuju maghfirah dan keridhaan dari Allah.' Maka nafsu pun keluar mengalir seperti mengalirnya tetesan air dari minuman. Malaikat maut mengambilnya. Tatkala ia mengambilnya, maka para malaikat lain tidak membiarkan nafsu itu berada di tangan malaikat maut sekejap mata pun sehingga mereka mengambilnya lalu meletakkan di dalam kafan dan selimut tersebut. Dari nafsu (ruh) itu keluar semerbak wangi yang lebih harum daripada kesturi yang ada di permukaan bumi. Para malaikat membawanya naik. Tidaklah mereka melintasi suatu kelompok malaikat melainkan mereka berkata, Bau harum apakah itu?' Para malaikat pembawa ruh menjawab, 'Ia adalah bau ruh si fulan bin fulan.' Mereka memanggilnya dengan nama terbaik yang dahulu digunakan di dunia. Akhirnya, sampailah mereka di langit dunia. Mereka meminta dibukakan untuk ruh itu. Lalu dibukakanlah untuknya serta disambutlah oleh setiap malaikat penghuni langit lalu diantarkanlah hingga ke langit berikutnya, hingga sampai di langit ketujuh.’’

Maka Allah Ta'ala berfirman [artinya], ‘’Tuliskanlah catatan hamba-Ku di dalam surga yang tinggi dan kembalikanlah dia ke bumi karena dari bumilah Aku menciptakan mereka dan ke bumilah Aku mengembalikan mereka serta dari bumilah Aku mengeluarkan mereka pada kali yang kedua. Nabi shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda, Kemudian ruh itu dikembalikan ke jasadnya. Ia didatangi oleh dua malaikat lalu mendudukkannya. Kedua malaikat berkata kepadanya, 'Siapakah Tuhanmu?' Dia menjawab, 'Tuhanku adalah Allah.' Kedua malaikat itu bertanya, 'Apa agamamu?' Dia menjawab,'Agamaku Islam.' Kedua malaikat bertanya,'Siapakah prang yang diutus kepadamu?' Dia menjawab,'Orang itu adalah Rasulullah.' Kedua malaikat bertanya,'Apa pengetahuanmu?' Dia menjawab,'Aku membaca kitab Allah, maka aku mengimani dan membenarkannya.' Tiba-tiba ada seorang penyeru dari langit, 'Benarlah hamba-Ku. Maka hamparkanlah untuknya.sebagian dari hamparan surga dan kenakanlah kepadanya sebagian pakaian surga serta bukakanlah baginya sebuah pintu dari surga.’’

Nabi shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ‘’Maka didatangkanlah kepadanya ruh dan kebaikannya. Allah melapangkan kuburan itu baginya seluas mata memandang. Kemudian datanglah kepadanya seorang laki-laki berwajah tampan, berpakaian bagus, dan berbau harum, lalu bertanya, 'Bergembiralah dengan apa yang menggembirakanmu. Inilah hari yang dahulu dijanjikan kepadamu.' Mayat orang mukmin berkata, 'Siapakah kamu? Wajahmu merupakan wajah yang datang untuk membawa kebaikan.' Orang itu menjawab, 'Aku adalah amal salehmu.' Mayat orang mukmin berkata, 'Ya Tuhanku, segerakanlah kiamat agar aku dapat kembali kepada keluargaku dan hartaku’’.

Nabi shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ‘’Sedangkan apabila seorang hamba yang kafir meninggalkan dunia dan menuju akhirat, maka turunlah kepadanya para malaikat dari langit yang berwajah hitam. Mereka membawa tenunan kasar dan duduk di dekatnya sambil mengawasinya. Kemudian datanglah malaikat maut dan duduk di dekat kepalanya seraya berkata, 'Hai ruh yang buruk, keluarlah untuk menuju kemurkaan dan kemarahan dari Allah.' Nabi bersabda, 'Maka ruh meninggalkan jasadnya. Malaikat maut mencabut ruh seperti menarik tusuk besi dari daging basah. Malaikat maut mencabutnya. Setelah dia mencabutnya, dia tidak membiarkan di tangannya sekejap pun sehingga ruh itu disimpan di dalam tenunan kasar. Maka keluarlah darinya bau yang lebih busuk dari bangkai terbau yang ada muka bumi. Para malaikat membawanya naik. Tidaklah mereka melintasi suatu kelompok malaikat melainkan mereka berkata, Bau busuk apakah ini?' Mereka menjawab, 'Ini bau busuk si fulan bin fulan.' Mereka memanggilnya dengan nama terburuk yang dahulu digunakan di muka bumi. Mereka sampai di langit dunia seraya meminta dibukakan pintu untuknya. Namun pintu itu tidak dibukakan untuknya. Lalu Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam membaca ayat [artinya], 'Tidak dibukakan baginya pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk surga hingga unta masuk ke dalam lubang jarum.' Maka Allah Ta'ala berfirman [artinya], 'Tuliskanlah baginya tempat di dasar bumi yang terendah.' Kemudian malaikat melemparkan ruh itu dengan keji. Lalu Rasulullah membaca ayat [artinya], 'Adapun orang yang menyekutukan Allah, maka dia seolah-olah jatuh dari langit, lalu disambar burung atau dia dihempaskan oleh angin ke tempat yang jauh.'

Kemudian ruh itu kembali ke jasadnya. Lalu datanglah dua malaikat seraya mendudukkannya dan berkata, 'Siapakah Tuhanmu?' Dia menjawab, 'A... e... aku tidak tahu.' Kedua malaikat itu bertanya, 'Apa agamamu?' Dia menjawab, 'A... e... aku tidak tahu.' Kedua malaikat bertanya,'Siapakah orang yang diutus kepadamu?' Dia menjawab, 'A... e... aku tidak tahu.' Tiba-tiba ada seorang penyeru dari langit, 'Hamba-Ku berbohong. Maka hamparkanlah untuknya sebagian dari hamparan neraka dan bukakanlah baginya sebuah pintu dari pintu neraka. Lalu datanglah kepadanya panas dan racun api neraka. Allah menyempitkan kuburan itu baginya hingga tulang rusuknya berceceran. Kemudian datanglah kepadanya seorang laki-laki berwajah buruk, berpakaian buruk, dan berbau busuk, lalu berkata, 'Bergembiralah dengan apa yang menyedihkanmu. Inilah hari yang dahulu dijanjikan kepadamu.' Mayat orang kafir berkata, 'Siapakah kamu? Wajahmu merupakan wajah yang datang untuk membawa keburukan.' Orang itu menjawab, 'Aku adalah amal burukmu.' Mayat orang kafir berkata, 'Ya Tuhanku, janganlah Engkau menyegerakan kiamat.' Hadits ini pun diriwayatkan dari Abu Daud dari hadits al-Amasy, an-Nasa'i, dan Ibnu Majah dari hadits al-Manhal bin Amr.

Imam Abd bin Humaid rahimahullah ta'ala meriwayatkan di dalam musnadnya dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda, 'Apabila seorang hamba diletakkan di dalam kuburnya, ditinggalkan oleb para sababatnya dan dia dapat mendengar suara sandal mereka, maka datanglah dua malaikat lalu mendudukkannya seraya bertanya, 'Bagaimana pendapatmu tentang orang ini?' Nabi bersabda, Jika mayat itu orang mukmin, maka dia menjawab, 'Aku bersaksi babwa dia adalah hamba dan Rasul Allah.'Dikatakan kepada hamba itu, 'Lihatlah tempatmu di neraka dan Allah telah menggantinya dengan tempat di surga.' Kemudian Nabi shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda, Lalu orang itu melibat kedua tempat itu. '

Qatadah menceritakan: telah diceritakan kepada kami bahwa Allah akan melapangkan kuburan bagi seorang mukmin seluas 70 hasta dan memenuhinya dengan kelembutan hingga hari kiamat. Hadits itu pun diriwayatkan oleh Muslim dari Abd bin Humaid dan dikemukakan oleh an-Nasa'i dari hadits Yunus. bin Muhammad al-Mu'dib.

Jarir menwayatkan dari Abi Hurairah, dari Nabi shalallahu ’alaihi wa sallam, beliau bersabda, Demi Zat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, sesungguhnya mayat masih dapat mendengar suara sandalmu tatkala kamu meninggalkannya. Jika dia orang yang beriman, maka shalat berada di dekat kepalanya, zakat di sebelah kananya, shaum di sebelah kirinya, dan aneka amal kebaikan seperti sedekah, silaturahmi, kemakrufan, dan ihsan kepada manusia berada di dekat kedua kakinya. Kemudian didatangkan malaikat dari arah kepalanya, maka shalat berkata, 'Tidak ada jalan dari arahku.' Kemudian didatangkan malaikat dari arah kanannya, maka zakat berkata, 'Tidak ada jalan dari arahku.' Kemudian didatangkan malaikat dari arah kirinya, maka shaum berkata, 'Tidak ada jalan dari arahku.' Kemudian didatangkan malaikat dari arah kakinya, maka aneka amal kebaikan berkata, 'Tidak ada jalan dari arahku.' Kernudian dikatakan kepada mayat, 'Duduklah.' Mayat pun duduk. Saat itu, matahari tampak olehnya sudah menjelang terbenam. Mayat itu ditanya, 'Jawablah hat-hal yang hendak kami tanyakan kepadamu.' Mayat berkata,'Beri aku waktu untuk shalat.' Malaikat berkata, 'Kamu akan mengerjakannya nanti. Sekarang jawab dulu hal-hal yang akan kami tanyakan kepadamu.' Mayat bertanya, 'Masalah apakah yang hendak kau tanyakan?' Maka dikatakan, 'Bagaimana pendapatmu tentang seorang laki-laki yang ada di tengah-tengahmu dahulu, apa pendapatmu dan apa kesaksianmu terhadapnya?' Mayat berkata, 'Maksudmu Muhammad?' Malaikat berkata,'Benar.' Mayat berkata, 'Aku bersaksi bahwa dia merupakan rasul Allah. Sesungguhnva dia datang kepada kami dengan membawa aneka penjelasan dari sisi Allah, maka kami membenarkannya.' Maka dikatakan kepada mayat, 'Di atas pandangan itulah kamu hidup, mati, dan dibangkitkan. Insya Allah.' Kemudian dilapangkanlah kuburannya seluas 70 hasta dan diterangi. Dibukakan baginya sebuah pintu menuju surga, lalu dikatakan, 'Lihatlah apa yang dijanjikan oleh Allah untukmu di surga.' Maka semakin bertambahlah keinginan dan kegembiraannya. Kemudian jiwanya ditempatkan dalam tubuh yang baik, yaitu berupa burung hijau yang bergantung di pohon surga. Kemudian jasad dikembalikan kepada asal ciptaannya, yaitu tanah. Itulah yang dimaksud oleh firman Allah Ta'ala [artinya], ''Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang kokoh di dalam kehidupan dunia dan di akhirat''. Hadits itu pun diriwayatkan oleh Ibnu Hibban.

Sehubungan dengan ayat ini al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa, sesungguhnya jika seorang mukmin meninggal, maka para malaikat mengunjunginya, memberinya salam, dan menghiburnya dengan surga serta diceritakan pula ihwalnya seperti telah dikemukakan dalam hadits di atas. Kemudian Ibnu Abbas berkata bahwa, adapun terhadap mayat orang kafir, maka malaikat turun sambil memukulkan sayapnya. Allah berfirman [artinya], ''Mereka memukul wajah dan bagian belakang mereka ketika mati''. Apabila dia masuk ke dalam kubur, maka didudukkan, lalu ditanya, 'Siapakah Tuhanmu?' Maka dia tidak ingat apa-apa dan dibuat lupa oleh Allah akan hal itu. Jika ditanya, 'Siapakah rasul yang diutus kepadamu?' Maka dia tidak memperoleh jawaban dan tak ingat apa pun. Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan Allah mengerjakan apa yang Dia kehendaki’‘

Diambil dari Ringkasan Tafsir Ibnu Katsier, Syaikh Muhammad Ar-Rifa'i
- 29 Mei 2009

Sumber :
http://www.perpustakaan-islam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=109:perihal-pertanyaan-kubur-oleh-malaikat&catid=36:tafsir

23 September 2009

Selasa, 08 September 2009

Doa Melihat Jenazah/ Mendengar Kematian, Ziarah Kubur

Doa Ketika Melihat Jenazah

Subhanal hayyil lazi la yamutu. Allahummagfir lihazal mayyiti warhamhu wa anis fil qabri wahdatahu wa gurabatahu wa nawwir qabrahu.

Artinya: “Maha suci Zat Yang Hidup yang tidak akan mati. Ya Allah, ampunilah mayit ini dan sayangilah dia, dan temanilah dia di dalam kesendirian dan keasingannya di dalam kubur, dan terangilah kuburannya.”

Doa Ketika Mendengar Kematian Sanak Famili

Inna lillahi wa inna ilaihi raji’una wa inna ila rabbina lamunqalibuna. Allahummaktubhu ‘indaka fil muhsinina, waj’al katabahu fi ‘illiyyina wakhluf fi ahlihi fil gabirina.

Artinya: “Sesungguhnya kami milik Allah dan kami akan kembali kepada-Nya dan kami pasti akan kembali kepada Tuhan kami. Ya Allah! Tulislah dia (yang meninggal dunia) termasuk golongan orang-orang yang berbuat kebaikan di sisi Engkau dan jadikanlah tulisannya itu dalam tungkatan yang tinggi serta gantilah ahlinya dengan golongan orang-orang yang pergi.”

Doa Ziarah Kubur

Assalamu’alaikum ya ahlad diyari minal mu’minina wal muslimina wa inna insya’allahu bikum lahiquna. As’alullaha lana wa lakumul ‘afiyata.

Artinya: “Salam sejahtera bagimu wahai penghuni kampung orang-orang mukminin dan muslimin. Kami pun insyaallah akan bertemu dengan anda sekalian. Kumohon pada Allah kesejahteraan bagi kami dan bagi anda sekalian.”

- 8 Februari 2009

Sumber :
http://www.republika.co.id/berita/30507/Doa_Melihat_Jenazah_Mendengar_Kematian_Ziarah_Kubur
9 September 2009

Liang Kubur Awal Perjalanan Kita Di Akherat

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله وكفى والصلاة والسلام على نبيه المصطفى، أما بعد

Khalifah kaum muslimin yang keempat Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu jika melihat perkuburan beliau menangis mengucurkan air mata hingga membasahi jenggotnya.

Suatu hari ada seorang yang bertanya:

تذكر الجنة والنار ولا تبكي وتبكي من هذا؟

“Tatkala mengingat surga dan neraka engkau tidak menangis, mengapa engkau menangis ketika melihat perkuburan?” Utsman pun menjawab, “Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إن القبر أول منازل الآخرة فإن نجا منه فما بعده أيسر منه وإن لم ينج منه فما بعده أشد منه

“Sesungguhnya liang kubur adalah awal perjalanan akhirat. Jika seseorang selamat dari (siksaan)nya maka perjalanan selanjutnya akan lebih mudah. Namun jika ia tidak selamat dari (siksaan)nya maka (siksaan) selanjutnya akan lebih kejam.” (HR. Tirmidzi, beliau berkata, “hasan gharib”. Syaikh al-Albani menghasankannya dalam Misykah al-Mashabih)

Bagaimanakah perjalanan seseorang jika ia telah masuk di alam kubur? Hadits panjang al-Bara’ bin ‘Azib yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan dishahihkan oleh Imam al-Hakim dan Syaikh al-Albani menceritakan perjalanan para manusia di alam kuburnya:

Suatu hari kami mengantarkan jenazah salah seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari golongan Anshar. Sesampainya di perkuburan, liang lahad masih digali. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun duduk (menanti) dan kami juga duduk terdiam di sekitarnya seakan-akan di atas kepala kami ada burung gagak yang hinggap. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memainkan sepotong dahan di tangannya ke tanah, lalu beliau mengangkat kepalanya seraya bersabda, “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari adzab kubur!” Beliau ulangi perintah ini dua atau tiga kali.

Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya seorang yang beriman sudah tidak lagi menginginkan dunia dan telah mengharapkan akhirat (sakaratul maut), turunlah dari langit para malaikat yang bermuka cerah secerah sinar matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga lalu duduk di sekeliling mukmin tersebut sejauh mata memandang. Setelah itu turunlah malaikat pencabut nyawa dan mengambil posisi di arah kepala mukmin tersebut. Malaikat pencabut nyawa itu berkata, ‘Wahai nyawa yang mulia keluarlah engkau untuk menjemput ampunan Allah dan keridhaan-Nya’. Maka nyawa itu (dengan mudahnya) keluar dari tubuh mukmin tersebut seperti lancarnya air yang mengalir dari mulut sebuah kendil. Lalu nyawa tersebut diambil oleh malaikat pencabut nyawa dan dalam sekejap mata diserahkan kepada para malaikat yang berwajah cerah tadi lalu dibungkus dengan kafan surga dan diberi wewangian darinya pula. Hingga terciumlah bau harum seharum wewangian yang paling harum di muka bumi.

Kemudian nyawa yang telah dikafani itu diangkat ke langit. Setiap melewati sekelompok malaikat di langit mereka bertanya, ‘Nyawa siapakah yang amat mulia itu?’ ‘Ini adalah nyawa fulan bin fulan’, jawab para malaikat yang mengawalnya dengan menyebutkan namanya yang terbaik ketika di dunia. Sesampainya di langit dunia mereka meminta izin untuk memasukinya, lalu diizinkan. Maka seluruh malaikat yang ada di langit itu ikut mengantarkannya menuju langit berikutnya. Hingga mereka sampai di langit ketujuh. Di sanalah Allah berfirman, ‘Tulislah nama hambaku ini di dalam kitab ‘Iliyyin. Lalu kembalikanlah ia ke (jasadnya di) bumi, karena darinyalah Aku ciptakan mereka (para manusia), dan kepadanyalah Aku akan kembalikan, serta darinyalah mereka akan Ku bangkitkan.’

Lalu nyawa tersebut dikembalikan ke jasadnya di dunia. Lantas datanglah dua orang malaikat yang memerintahkannya untuk duduk. Mereka berdua bertanya, ‘Siapakah rabbmu?’, ‘Rabbku adalah Allah’ jawabnya. Mereka berdua kembali bertanya, ‘Apakah agamamu?’, ‘Agamaku Islam’ sahutnya. Mereka berdua bertanya lagi, ‘Siapakah orang yang telah diutus untuk kalian?’ “Beliau adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam” jawabnya. ‘Dari mana engkau tahu?’ tanya mereka berdua. ‘Aku membaca Al-Qur’an lalu aku mengimaninya dan mempercayainya’. Tiba-tiba terdengarlah suara dari langit yang menyeru, ‘(Jawaban) hamba-Ku benar! Maka hamparkanlah surga baginya, berilah dia pakaian darinya lalu bukakanlah pintu ke arahnya’. Maka menghembuslah angin segar dan harumnya surga (memasuki kuburannya) lalu kuburannya diluaskan sepanjang mata memandang.

Saat itu datanglah seorang (pemuda asing) yang amat tampan memakai pakaian yang sangat indah dan berbau harum sekali, seraya berkata, ‘Bergembiralah, inilah hari yang telah dijanjikan dulu bagimu’. Mukmin tadi bertanya, ‘Siapakah engkau? Wajahmu menandakan kebaikan’. ‘Aku adalah amal salehmu’ jawabnya. Si mukmin tadi pun berkata, ‘Wahai Rabbku (segerakanlah datangnya) hari kiamat, karena aku ingin bertemu dengan keluarga dan hartaku.

Adapun orang kafir, di saat dia dalam keadaan tidak mengharapkan akhirat dan masih menginginkan (keindahan) duniawi, turunlah dari langit malaikat yang bermuka hitam sambil membawa kain mori kasar. Lalu mereka duduk di sekelilingnya. Saat itu turunlah malaikat pencabut nyawa dan duduk di arah kepalanya seraya berkata, ‘Wahai nyawa yang hina keluarlah dan jemputlah kemurkaan dan kemarahan Allah!’. Maka nyawa orang kafir tadi ‘berlarian’ di sekujur tubuhnya. Maka malaikat pencabut nyawa tadi mencabut nyawa tersebut (dengan paksa), sebagaimana seseorang yang menarik besi beruji yang menempel di kapas basah. Begitu nyawa tersebut sudah berada di tangan malaikat pencabut nyawa, sekejap mata diambil oleh para malaikat bermuka hitam yang ada di sekelilingnya, lalu nyawa tadi segera dibungkus dengan kain mori kasar. Tiba-tiba terciumlah bau busuk sebusuk bangkai yang paling busuk di muka bumi.

Lalu nyawa tadi dibawa ke langit. Setiap mereka melewati segerombolan malaikat mereka selalu ditanya, ‘Nyawa siapakah yang amat hina ini?’, ‘Ini adalah nyawa fulan bin fulan’ jawab mereka dengan namanya yang terburuk ketika di dunia. Sesampainya di langit dunia, mereka minta izin untuk memasukinya, namun tidak diizinkan. Rasulullah membaca firman Allah:

لا تفتح لهم أبواب السماء ولا يدخلون الجنة حتى يلج الجمل في سم الخياط

“Tidak akan dibukakan bagi mereka (orang-orang kafir) pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk surga, sampai seandainya unta bisa memasuki lobang jarum sekalipun.” (QS. Al-A’raf: 40)

Saat itu Allah berfirman, ‘Tulislah namanya di dalam Sijjin di bawah bumi’, Kemudian nyawa itu dicampakkan (dengan hina dina). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah ta’ala:

وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَكَأنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيْحُ فِي مَكَانٍ سَحِيْقٍ

“Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (QS. Al-Hajj: 31)

Kemudian nyawa tadi dikembalikan ke jasadnya, hingga datanglah dua orang malaikat yang mendudukannya seraya bertanya, ‘Siapakah rabbmu?’, ‘Hah hah… aku tidak tahu’ jawabnya. Mereka berdua kembali bertanya, ‘Apakah agamamu?’ “Hah hah… aku tidak tahu’ sahutnya. Mereka berdua bertanya lagi, ‘Siapakah orang yang telah diutus untuk kalian?’ “Hah hah… aku tidak tahu’ jawabnya. Saat itu terdengar seruan dari langit, ‘Hamba-Ku telah berdusta! Hamparkan neraka baginya dan bukakan pintu ke arahnya’. Maka hawa panas dan bau busuk neraka pun bertiup ke dalam kuburannya. Lalu kuburannya di ‘press’ (oleh Allah) hingga tulang belulangnya (pecah dan) menancap satu sama lainnya.

Tiba-tiba datanglah seorang yang bermuka amat buruk memakai pakaian kotor dan berbau sangat busuk, seraya berkata, ‘Aku datang membawa kabar buruk untukmu, hari ini adalah hari yang telah dijanjikan bagimu’. Orang kafir itu seraya bertanya, ‘Siapakah engkau? Wajahmu menandakan kesialan!’, ‘Aku adalah dosa-dosamu’ jawabnya. ‘Wahai Rabbku, janganlah engkau datangkan hari kiamat’ seru orang kafir tadi. (HR. Ahmad dalam Al-Musnad (XXX/499-503) dan dishahihkan oleh al-Hakim dalam Al-Mustadrak (I/39) dan al-Albani dalam Ahkamul Janaiz hal. 156)

Itulah dua model kehidupan orang yang telah masuk liang kubur. Jika kita menginginkan untuk menjadi orang yang dibukakan baginya pintu ke surga dan diluaskan liang kuburnya seluas mata memandang maka mari kita berusaha untuk memperbanyak untuk beramal saleh di dunia ini.

Suatu amalan tidak akan dianggap saleh hingga memenuhi dua syarat:

Ikhlas
Sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Banyak sekali dalil-dalil dari Al-Qur’an maupun hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan landasan dua syarat di atas.

Di antara dalil syarat pertama adalah firman Allah ta’ala:

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Di antara dalil syarat kedua adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد

“Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak sesuai dengan petunjukku, maka amalan itu akan ditolak.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya (III/1344 no 1718))

Allah menghimpun dua syarat ini dalam firman-Nya di akhir surat Al-Kahfi:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi: 110)

Maka mari kita manfaatkan kehidupan dunia yang hanya sementara ini untuk benar-benar beramal saleh. Semoga kelak kita mendapatkan kenikmatan di alam kubur serta dihindarkan dari siksaan di dalamnya, amin.

Wallahu ta’ala a’lam, wa shallallahu ‘ala nabiyyyina muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.

Tulisan ini terinspirasi dari kitab Majalis Al-Mu’minin Fi Mashalih Ad-Dun-Ya Wa Ad-Din Bi Ightinam Mawasim Rabb Al-’Alamin, karya Fu’ad bin Abdul Aziz asy-Syahlub (II/83-86)

- 15 Juli 2008

***

Sumber :
Ustadz Abu Abdirrahman Abdullah Zaen, Lc.
http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/liang-kubur-awal-perjalanan-kita-di-akhirat.html
9 September 2009

Apakah Adzab Kubur Terhadap Orang Mukmin Dapat Diringankan?

Pertanyaan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah adzab kubur terhadap orang mukmin yang berbuat maksiat dapat diringankan ?

Jawaban
Ya, kadang-kadang diringankan, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah lewat dua kubur lalu berkata : “Keduanya benar-benar sedang diadzab, keduanya diadzab karena hal yang besar, benar, dia itu hal yang besar, salah satunya diadzab karena tidak bersuci dari kencing, atau beliau berkata : “Tidak bertabir waktu kencing, dan yang lain diadzab karena suka mengadu domba/membuat fitnah”. Kemudian beliau mengambil pelepah yang masih basah, lalu dibagi dua kemudian menancapkan pada tiap kubur satu buah dan berkata : “Semoga adzab keduanya diringankan selama pelepah itu berlum kering” [1]

Ini merupakan dalil bahwa terkadang adzab kubur itu bisa diringankan, namun apa hubungan antara dua pelepah kurma yang basah itu dengan diringankannya dua orang yang sedang diadzab ini ?

[1]. Ada yang berpendapat bahwa kedua pelepah ini senantiasa bertasbih selama belum kering, sedangkan tasbih bisa meringankan adzab bagi si mayit. Kesimpulan dari illat ini –yang kadang meleset jauh- bahwasanya disunnahkan kepada manusia untuk pergi ke kuburan dan bertasbih di sisinya agar adzabnya diringankan.
[2]. Sebagian ulama berkata : Penentuan seperti diatas adalah lemah karena dua pelepah itu tetap bertasbih baik dalam keadaan basah maupun kering, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memujiNya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun” [Al-Isra : 44]

Pernah terdengar tasbihnya kerikil oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal kerikil itu kering, jadi apa illatnya?

Illatnya adalah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengharap kepada Allah Azza wa Jalla agar adzab kedua orang itu diringankan selama dua pelepah itu masih basah, artinya bahwa tempo waktunya tidak panjang, dan hal itu dalam rangka untuk memberi peringatan akan perbuatan kedua orang tadi karena perbuatan mereka berdua itu persoalan besar, sebagaimana diterangkan dalam sebuah riwayat : “benar, bahwa itu adalah urusan besar”. Orang yang pertama tidak bersuci dari kencing, dan bila tidak bersuci dari kencing berarti dia shalat tanpa bersuci. Sedangkan yang kedua banyak memfitnah/mengadu domba, yang merusak hubungan antara hamba-hamba Allah –aku berlindung kepada Allah- serta melemparkan diantara mereka api permusuhan dan kebencian, dan ini adalah persoalan besar. Inilah pendapat yang paling dekat dengan kebenaran, bahwa hal hal itu merupakan syafa’at sementara sebagai peringatan untuk umat bukan merupakan kebakhilan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memberi syafa’at selamanya.

Beralih dari pembicaraan, kami katakan : bahwa sebagian ulama –semoga Allah memaafkan mereka- mengatakan : “Disunnahkan agar manusia meletakkan pelepah basah, atau pohon atau semacamnya di atas kuburan agar adzabnya diringankan, akan tetapi kesimpulan ini jauh sekali dan tidak boleh kita melakukan hal itu karena beberapa alasan :

Pertama : Kita tidak tahu bahwa orang tersebut sedang diadzab, berbeda halnya dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kedua : Jika kita melakukan hal itu maka kita telah berbuat buruk sangka terhadap mayit itu karena telah punya dugaan jelek (su’udzon) kepadanya bahwa dia sedang diadzab, siapa tahu dia sedang diberi nikmat. Siapa tahu mayit ini termasuk orang yang mendapat ampunan dari Allah sebelum matinya karena adanya satu dari sekian banyak sebab ampunan, lalu dia mati dan Rabb para hamba telah mema’afkannya, dan saat itu dia tidak berhak mendapatkan adzab.

Ketiga : Kesimpulan ini menyelisihi pemahaman Salafush Shalih yang mereka itu merupakan manusia yang paling mengerti tentang syari’at Allah. Tidak ada seorangpun dari sahabat Radhiyalahu ‘anhum yang mengerjalan hal itu, lalu apa urusannya kita melakukan hal itu?

Keempat : Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membuka bagi kita (amal) yang lebih baik daripada hal itu. Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila telah usai penguburan mayit beliau berdiri dan berkata :

“Artinya : Mintakanlah ampunan untuk saudaramu dan mintalah untuknya keteguhan karena dia sekarang akan ditanya” [2]

[Disalin dari kitab Majmu Fatawa Arkanil Islam, edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah dan Ibadah, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Terbitan Pustaka Arafah]
__________
Foote Note
[1]. Dikeluarkan oleh Bukhari, Kitabul Janaiz, Bab Adzabul Qabri Minal Ghibah wal Baul : 1378 dan Muslim, Kitab Thaharah, bab Ad-Dalil A’la Najasatil Baul wa Wujubil Istira’ minah : 292
[2]. Diriwayatkan oleh Abu Daud, kitabul Jazaiz, bab Istighfar ‘indal qabri Lil Mayyit Fi Waqtil Inshairat : 3221]
- 26 Februari 2007


Sumber :
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
http://www.almanhaj.or.id/content/2058/slash/0
9 September 2009

Setelah Kita Dimasukkan ke Liang Kubur

Adakah dari kita yang tidak mengetahui bahwa suatu ketika akan datang kematian pada kita. Allah Ta’ala telah berfirman, yang artinya, “Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian. Dan kami benar-benar akan menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan, dan kepada kamilah kalian akan dikembalikan.” (QS. Al Anbiyaa’: 35). Ya, setiap dari kita insya Allah telah menyadari dan menyakini hal ini. Tetapi kebanyakan orang telah lalai atau bahkan sengaja melalaikan diri mereka sendiri. Satu persatu orang yang kita kasihi telah pergi (meninggal-ed) tapi seakan-akan kematian mereka tidak meninggal faidah bagi kita, kecuali rasa sedih akibat kehilangan mereka.

Saudariku, kematian adalah benar adanya. Begitu pula dengan kehidupan setelah kematian. Kehidupan akhirat, inilah yang seharusnya kita tuju. Kampung akhiratlah tempat kembali kita. Maka persiapkanlah bekal untuk menempuh jauhnya perjalanan. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan hanya permainan dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al An’am: 32)

Ketahuilah wahai hamba Allah! Bahwa kuburan adalah persinggahan pertama menuju akhirat. Orang yang mati, berarti telah mengalami kiamat kecil. Apabila seorang hamba telah dikubur, akan diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya nanti pada pagi hari, yakni antara waktu fajar dan terbit matahari, serta waktu sore, yakni antara waktu dzhuhur hingga maghrib. Apabila ia termasuk penghuni Jannah, akan diperlihatkan tempat tinggalnya di Jannah, dan apabila ia termasuk penghuni Naar, akan diperlihatkan tempat tinggalnya di Naar.

Fitnah Kubur

Fitnah secara bahasa berarti ujian (ikhtibaar), sedangkan secara istilah fitnah kubur adalah pertanyaan yang ditujukan kepada mayit tentang Rabbnya, agamanya dan Nabinya. Hal ini benar berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah. (Lihat Syarah Lum’atul I’tiqod hal 67, syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin)

Diriwayat oleh Bukhari dan Muslim dari hadits Al Barra’ bin ‘Azib bahwasanya ketika seorang mayit telah selesai dikuburkan dan dihadapkan pada alam akhirat, maka akan datang padanya dua malaikat (yaitu malaikat Munkar dan Nakir) yang akan bertanya kepada sang mayit tiga pertanyaan.
Pertanyaan pertama, “Man Robbuka?” … Siapakah Robbmu?
Kedua, “Wa maa diinuka?” … dan apakah agamamu?
Ketiga, “Wa maa hadzaar rujululladzii bu’itsa fiikum?” … dan siapakah orang yang telah diutus di antara kalian ini?

Tiga pertanyaan inilah yang disebut dengan fitnah kubur. Oleh karena itu, tiga pertanyaan pokok ini merupakan masalah besar yang penting dan mendesak untuk diketahui. Wajib bagi setiap manusia untuk mengetahui, meyakini dan mengamalkan hal ini, baik secara lahir maupun bathin. Tidak seorang pun dapat beralasan untuk tidak mengetahui tiga hal tersebut dan tidak mempelajarinya. Bahkan ketiga hal ini harus dipelajari sebelum hal lain. Perhatikanlah hal ini wahai saudariku!

Tiga pertanyaan ini juga awal dari nikmat dan siksaan di alam kubur. Orang-orang yang bisa menjawab adalah orang-orang yang paham, yakin dan mengamalkannya selama hidup sampai akhir hayat dan meninggal dalam keimanan. Seorang mukmin yang bisa menjawab ketiga pertanyaan, maka dia akan memperoleh nikmat kubur. Adapun orang kafir yang tidak bisa menjawabnya, maka dia akan dihadapkan kepada adzab kubur.

Saudariku, Allah Ta’ala telah berfirman dalam Al Qur’an surah Ibrahim 27, yang artinya, “Allah Meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah akan Menyesatkan orang-orang yang dzalim dan Memperbuat apa yang Dia kehendaki.”

Menurut Ibnu Katsir yang dimaksud dengan “ucapan yang teguh” adalah seorang mukmin akan teguh di atas keimanan dan terjaga dari syubhat dan ia akan terjaga di atas keimanan. Sedangkan di akhirat, ia akan meninggal dalam keadaan husnul khatimah (dalam keadaan beriman) dan bisa menjawab tiga pertanyaan.
Kita memohon kepada Allah semoga Dia meneguhkan iman kita ketika masih hidup dan ketika akan meninggal dunia. Meneguhkan kita ketika menjawab ketiga pertanyaan serta ketika dibangkitkan kelak di akhirat. Keteguhan iman di dunia dan akhirat, inilah hakikat kebahagiaan yang sesungguhnya.

Bentuk-Bentuk Siksa Kubur

Saudariku, telah disebutkan bahwa seorang yang kafir akan disiksa karena tidak bisa menjawab ketiga pertanyaan. Akan tetapi, bukan berarti seorang mukmin pasti akan terlepas dari adzab kubur. Seorang mukmin bisa saja diadzab disebabkan maksiat yang dilakukannya, kecuali bila Allah mengampuninya.
Syaikh Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad Ath Thahawi berkata dalam kitabnya Aqidah Ath-Thahawiyah, “Kita mengimani adanya adzab kubur bagi orang yang berhak mendapatkannya, kita mengimani juga pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir kepadanya di dalam kubur tentang Rabbnya, agamanya, dan Nabinya berdasar kabar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta para sahabat ridhwanallahu ‘alaihim ajma’in. Alam kubur adalah taman-taman jannah atau kubangan Naar.”

Di antara bentuk-bentuk adzab kubur dan kriteria orang yang mengalaminya:

Dipecahkan kepalanya dengan batu, kemudian Allah tumbuhkan lagi kepalanya, dipecahkan lagi demikian seterusnya. Ini adalah siksa bagi orang yang mempelajari Al-Qur’an lalu tidak mengamalkannya dan juga siksa bagi orang yang meninggalkan sholat wajib.
Dibelah ujung mulut hingga ke belakang kepala, demikian juga hidung dan kedua matanya. Merupakan siksa bagi orang yang pergi dari rumahnya di pagi hari lalu berdusta dan kedustaannya itu mencapai ufuk.
Ada kaum lelaki dan perempuan telanjang berada dalam bangunan menyerupai tungku. Tiba-tiba datanglah api dari bawah mereka. Mereka adalah para pezina lelaki dan perempuan.
Dijejali batu, ketika sedang berenang, mandi di sungai. Ini merupakan siksa bagi orang yang memakan riba.
Kaum yang separuh jasadnya bagus dan separuhnya lagi jelek adalah kaum yang mencampurkan antara amal shalih dengan perbuatan jelek, namun Allah mengampuni perbuatan jelek mereka.
Kaum yang memiliki kuku dari tembaga, yang mereka gunakan untuk mencakari wajah dan dada mereka. Mereka adalah orang-orang yang suka memakan daging orang lain (menggunjing) yakni membicarakan aib mereka.
Adzab dan nikmat kubur adalah benar adanya berdasarkan Al Qur’an, As Sunnah dan ‘ijma ahlu sunnah. Nabi shallahu ‘alaihi wasallam selalu memohon perlindungan kepada Allah dari adzab kubur dan memerintahkan umatnya untuk melakukan hal itu. Dan hal ini hanya diingkari oleh orang-orang Mulhid (atheis). Mereka mengatakan bahwa seandainya kita membongkar kuburan tersebut, maka akan kita dapati keadaannya seperti semula. Namun, dapat kita bantah dengan dua hal:

Dengan dalil Al Qur’an dan Sunnah dan ‘ijma salaf yang menunjukkan tentang adzab kubur.
Sesungguhnya keadaan akhirat tidak bisa disamakan dengan keadaan dunia, maka adzab atau nikmat kubur tidaklah sama dengan apa yang bisa ditangkap dengan indra di dunia. (Diringkas dari Syarah Lum’atul I’tiqod, hal 65-66)
Banyak hadits-hadits mutawatir dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pembuktian adzab dan nikmat kubur bagi mereka yang berhak mengecapnya. Demikian juga pertanyaan Munkar dan Nakir. Semua itu harus diyakini dan diimani keberadaannya. Dan kita tidak boleh mempertanyakan bagaimananya. Sebab akal memang tidak dapat memahami bentuk sesungguhnya. Karena memang tak pernah mereka alami di dunia ini.

Ketahuilah, bahwa siksa kubur adalah siksa di alam Barzakh. Barangsiapa yang mati, dan berhak mendapatkan adzab, ia akan menerima bagiannya. Baik ia dikubur maupun tidak. Meski dimangsa binatang buas, atau terbakar hangus hingga menjadi abu dan bertaburan dibawa angin; atau disalib dan tenggelam di dasar laut. Ruh dan jasadnya tetap akan mendapat siksa, sama seperti orang yang dikubur. (lihat Tahdzib Syarh Ath Thahawiyah, Syaikh Abdul Akhir Hammad al Ghunaimi)

Apakah Adzab Kubur terjadi terus-menerus atau kemudian berhenti ?

Maka jawaban untuk pertanyaan ini ada dua macam:

Pertama, untuk orang kafir yang tidak bisa menjawab ketiga pertanyaan, maka adzab berlangsung terus-menerus. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, yang artinya, “Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat (Dikatakan pada malaikat): Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras.” (QS. Ghafir: 46)

Demikian juga dalam hadits Al Barra’ bin ‘Azib tentang kisah orang kafir, “Kemudian dibukakan baginya pintu Naar sehingga ia dapat melihat tempat tinggalnya di sana hingga hari kiamat.” (HR. Imam Ahmad)

Kedua, untuk para pelaku maksiat yang ringan kemaksiatannya, maka adzab hanya berlangsung beberapa waktu kemudian berhenti. Mereka disiksa sebatas dosanya, kemudian diberi keringanan. (lihat Tahdzib Syarh Ath Thahawiyah, Syaikh Abdul Akhir Hammad al Ghunaimi)

Saudariku, semoga Allah Melindungi kita dari adzab kubur dan memudahkan perjalanan setelahnya. Seringan apapun adzab kubur, tidak ada satupun dari kita yang sanggup menahan penderitaannya. Begitu banyak dosa telah kita kerjakan… maka jangan siakan waktu lagi untuk bertaubat. Janganlah lagi menunda berbuat kebaikan. Amal perbuatan kita, kita sendirilah yang akan mempertanggungjawabkannya dan mendapatkan balasannya. Jika bukan kita sendiri yang beramal shalih demi keselamatan dunia dan akhirat kita, maka siapa lagi ???

Sungguh indah nasihat Yazid Ar Riqasyi rahimahullah yang dikatakannya pada dirinya sendiri, “Celaka engkau wahai Yazid! Siapa yang akan mendirikan shalat untukmu setelah engkau mati? Siapa yang akan berpuasa untukmu setelah engkau mati? Siapa yang akan memintakan maaf untukmu setelah engkau mati?” Lalu ia berkata, “Wahai manusia, mengapa kalian tidak menangis dan meratapi dirimu selama sisa hidupmu. Barangsiapa yang akhirnya adalah mati, kuburannya sebagai rumah tinggalnya, tanah sebagai kasurnya dan ulat-ulat yang menemaninya, serta dalam keadaan demikian ia menunggu hari kiamat yang mengerikan. Wahai, bagaimanakah keadaan seperti ini?” Lalu beliau menangis. Wallahu Ta’ala a’lam.

Maraji’:

Aqidah Ath-Thahawiyah, Syaikh Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad Ath Thahawi (diambil dari Mutuunut Tauhidi wal ‘Aqiidati)
Syarah Al Waajibaat al Mutahattimaat al Ma’rifah ‘alaa kulli Muslim wa Muslimah (edisi terjemah), Syaikh Ibrahim bin asy-Syaikh Shalih bin Ahmad al Khuraishi, Pustaka Imam Syafi’i
Syarah Lum’atul I’tiqod, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin
Tahdzib Syarh Ath Thahawiyah (jilid 2. edisi Terjemah), Syaikh Abdul Akhir Hammad al Ghunaimi, Penerbit At Tibyan

- 26 Agustus 2008

Sumber :
Ummu Salamah Farosyah dan Ummu Rumman
http://muslimah.or.id/aqidah/setelah-kita-dimasukkan-ke-liang-kubur.html
9 September 2009

Senin, 07 September 2009

ALAM BARZAH

Alam Barzah adalah kurun waktu (periode) di antara saat kematian manusia di dunia ini dengan saat pembangkitan (dihidupkannya kembali) manusia di Hari Pembalasan. Kita tidak mengetahui apa yang terjadi di dalam periode ini. Namun demikian, kita dapat menyimak dari berbagai ayat didalam kitab suci Al-Qur-an dan Hadits Nabi Muhammad SAW mengenai periode ini. Sebagai contoh, Allah SWT berfirman dalam Surat Al-An’aam Ayat 93

Jika saja kamu dapat melihat betapa dahsyatnya saat orang-orang zalim didalam sakaratul maut, Para malaikat memukul dengan tangan mereka (seraya berkata), “Keluarkanlah nyawamu! Di hari ini kamu akan dibalas dengan siksa yang menghinakan; karena perkataan-perkataanmu yang selama ini kamu ucapkan perihal Allah yang tidak benar, dan kamu selalu sombong terhadap petunjuk (ayat-ayat)-Nya.”
Jelaslah dari ayat ini bahwa manusia bisa mendapatkan hukuman diwaktu kematian mereka.
Begitu juga dengan firman Allah SWT didalam Surat Al-Anfal ayat 50 51:

Jika saja kamu dapat melihat ketika para malaikat mencabut nyawa orang-orang kafir di saat kematian mereka, seraya memukul wajah dan punggung mereka (sambil berkata), “Rasakanlah olehmu siksa yang membakar.
Yang demikian itu akibat dari perbuatanmu sendiri (semasa hidupmu). Sesungguhnya Allah tidaklah sekali-kali berbuat aniaya terhadap hamba-hamba-Nya.
Jelaslah sudah dari dua ayat diatas bahwa, kita tidak bisa melihat apa yang terjadi pada kurun waktu itu. Bahkan Nabi Muhammad SAW pun tidak bisa menyaksikan bagaimana para malaikat menyiksa orang-orang kafir di pertempuran Badar. Peristiwa yang tidak tampak oleh mata ini di jelaskan kepada kita sebagai wujud kasih-sayang Allah SWT, untuk petunjuk bagi kita. Lebih lanjut para ulama menjelaskan, bagian ayat “rasakanlah olehmu siksa yang membakar”, bahwa para malaikat mencambuk para kafirin dengan batang baja yang membara ke wajah dan punggung mereka.
Allah SWT menjelaskan perihal penenggelaman para pengikut Fir’aun didalam Surat Nuh Ayat 25:

Mereka ditenggelamkan akibat dosa-dosa yang telah mereka lakukan, kemudian mereka dimasukkan kedalam api neraka. Maka tiadalah mereka dapati penolong selain Allah.
Disini lebih jelas disebutkan bahwa pengikut Fir’aun dilemparkan kedalam api neraka setelah mereka ditenggelamkan didalam air (laut), menunjukkan bahwa ada hukuman yang langsung dijatuhkan ketika kematian itu datang. Menarik untuk digaris-bawahi bahwa hukuman api neraka disebutkan bersama-sama dengan penenggelaman kedalam air. Imam Razi mengatakan bahwa hal ini merupakan bukti kuat adanya hukuman di alam Barzah maupun didalam kubur. Beliau menegaskan, penggunaan kata “fa” dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa hukuman api neraka itu telah ditimpakan segera setelah penenggelaman mereka. Jadi, disini tidak merujuk pada hukuman pada Hari Pembalasan.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Ghafir (disebut juga Al-Mu’min) Ayat 45, 46:

Maka, Allah telah menyelamatkannya dari tipu daya jahat yang mereka rancang (terhadapnya), dan Fir’aun beserta pengikutnya dikelilingi oleh adzab yang amat buruk.
Api neraka dinampakkan kepada mereka pada pagi dan petang. Dan pada saat Hari Pembalasan tiba (diperintahkan kepada malaikat): “Masukkanlah para pengikut Fir’aun kedalam siksa yang amat pedih.”
Dari ayat ini, sekali lagi terbuktikan adanya hukuman untuk orang-orang kafir didalam kubur, selain dari hukuman yang akan diterima mereka di Hari Pembalasan.
Abdullah bin Mas’ud RA menerangkan, bahwa ayat ini menyatakan ruh para pengikut Fir’aun dibawa menuju neraka dalam bentuk burung-burung hitam setiap pagi dan petang. Kepada mereka itu dikatakan bahwa, inilah tempat tinggal mereka yang terakhir. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Takatsur Ayat 1~4:

Bermegah-megahan duniawi telah melalaikanmu. Sehingga kamu masuk kedalam kubur. Janganlah begitu, kamu akan segera mengetahuinya (akibat perbuatanmu itu). Sekali lagi, janganlah begitu, kamu akan segera mengetahuinya.
Disini terdapat pengulangan kalimat ‘Kamu akan segera mengetahuinya’. Khalifah ‘Ali RA menjelaskan hal pengulangan kalimat ini, sebagaimana diriwayatkan oleh Zir bin Hubeisy RA, bahwa kalimat pertama merujuk kepada siksa kubur dan yang ke-dua merujuk kepada Hari Pembalasan.
Pada akhirnya, Allah SWT menegaskan didalam Al-Qur’an (Surat Thaahaa Ayat 124):

Barang siapa berpaling dari mengingat-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit, dan pada Hari Pembalasan, Kami akan membangkitkannya dalam keadaan buta.
Ibnu Mas’ud RA dan Abu Sa'id Al-Khudri RA mengatakan bahwa arti ungkapan ‘hidup yang sempit’ adalah siksa kubur. Begitu juga, Abu Hurairah RA meriwayatkan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda mengenai arti kalimat diatas adalah, Allah SWT akan mengirim 99 ekor ular ke dalam kubur orang-orang kafir. Ular-ular ini terus-menerus menggerogoti tubuh orang kafir itu hingga Hari Pembalasan tiba.
Lalu apa yang terjadi dengan jiwa seseorang setelah mati? Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Ketika jiwa seseorang yang beriman meninggalkan jasadnya, ia diangkat ke langit oleh dua malaikat. Malaikat-malaikat itu berkata, jiwa yang shaleh (baik) telah kembali dari bumi. Semoga Allah SWT memberkahimu dan tubuh yang dulu biasa kau tempati. Jiwa itu kemudian dihadirkan kepada Allah SWT. Kemudian Allah memerintahkan, “Tempatkan jiwa ini di Sidratul-Muntaha sampai datangnya Hari Pembalasan.

Ketika jiwa orang kafir keluar dari jasadnya, para malaikat mengatakan bahwa jiwa yang buruk telah kembali dari bumi. Para malaikat mengutukinya dan bau busuknya menyebar ke segala penjuru. Allah SWT memerintahkan kepada para malaikat agar menempatkannya didalam Sijjin. Jadi, Sijjin adalah suatu tempat dimana jiwa dan amal perbuatan orang-orang kafir disimpan. Rasulullah SAW menutupkan pakaian ke hidung beliau untuk menggambarkan betapa busuknya bau jiwa seorang kafir. (H.R. Muslim)
Ada beberapa hadits yang menerangkan lebih lanjut perihal periode di alam kubur.

Anas meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, ketika seseorang selesai dikuburkan setelah kematiannya dan keluarga serta teman-temannya telah meninggalkan kuburnya, ia bisa mendengar suara langkah-langkah kaki yang pergi meninggalkannya. Dua malaikat mendatangi si mayit di dalam kuburnya. Kedua malaikat itu membuatnya terduduk dan menanyainya dengan pertanyaan berikut ini: “Apakah yang engkau ketahui perihal Muhammad (SAW)?” Orang yang sungguh-sunguh beriman menjawab, “Saya bersaksi bahwa beliau adalah hamba Allah SWT yang taat dan Rasul (utusan)-Nya yang benar.” Para malaikat itu kemudian berkata, “Jika kamu tidak beriman, tempatmu pastilah didalam neraka. Sekarang, lihatlah olehmu neraka itu. Dan Allah SWT telah menggantinya dengan surga firdaus dan lihatlah juga olehmu surga itu sekarang.”
Orang-orang munafik dan orang-orang kafir pun akan diberi pertanyaan yang sama, “Apakah yang kamu ketahui tentang Muhammad SAW?” Mereka menjawab, “Tidak ada satupun yang aku ketahui, dulu aku hanya mengatakan apa yang dikatakan orang-orang.” Para malaikat akan mengatakan kepadanya, “Tidakkah kamu pernah mencoba untuk mengenalnya atau pernahkah kamu ikuti orang-orang yang beriman?” Dan para malaikatpun memukulnya dengan batang besi panas. Orang kafir itupun menangis kesakitan dengan sekencang-kencangnya, semua yang berada di alam raya, kecuali jin dan manusia, akan mendengar ratap-tangisnya. (Bukhari dan Muslim)

Asma bin Abu Bakar RA meriwayatkan bahwa pada suatu hari Nabi Muhammad SAW menasehati umat dan menjelaskan perihal siksa kubur. Ketika beliau menjelaskan hal ini, semua orang beriman mulai menangis dengan kerasnya, sehingga terciptalah suasana seperti berbaurnya beraneka-ragam ratap-tangis. (Bukhari)
Ibnu Abbas RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW melantunkan do’a berikut ini seperti halnya beliau membaca ayat-ayat dari Al-Qur’an: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan dan pertolonganmu dari siksa neraka, dari siksa kubur, dari ujian semasa hidup dan ketika mati, dan dari godaan yang berhubungan dengan dajjal.” (Muslim)
Rasulullah Muhammad SAW bersabda: “Membaca Surat Al-Mulk sebagai sebuah kebiasaan rutin akan menyelamatkan seseorang dari siksa kubur.” (Tirmidzi)
Saya berdoa kepada Allah SWT memohon perlindungan dan pertolongan-Nya, bagi saya dan para pembaca maupun penyimak artikel ringkas ini, dari siksa neraka, siksa kubur, dan dari ujian yang terkait dengan Dajjal. Amiin.

Sumber :
Imtiaz Ahmad M. Sc., M. Phil. (London).Speeches For An Inquiring Mind.
Translated by Ir. Gusti Noor Barliandjaja and Muhammad Arifin M.A. (Madinah)
http://imtiazahmad.com/speeches/in_alam_barzah.htm
8 September 2009

Iman Kepada Hari Akhir : Fitnah Kubur, Siksa Dan Nikmat Kubur

Iman kepada hari Akhir adalah termasuk mengimani peristiwa-peristiwa yang akan terjadi sesudah kematian, misalnya :

[a]. Fitnah Kubur
Yaitu pertanyaan yang diajukan kepada mayat ketika sudah dikubur tentang Rabbnya, agamanya dan nabinya. Allah akan meneguhkan orang-orang yang beriman dengan kata-kata yang mantap. Ia akan menjawab pertanyaan itu dengan tegas dan penuh keyakinan, "Allah Rabbku, Islam agamaku, dan Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam nabiku". Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan kafir. Mereka akan menjawab pertanyaan dengan terbengong-bengong karena pertanyaan itu terasa asing baginya. Mereka akan menjawab, 'Hah..hah.. tidak tahu'. Sedangkan orang-orang munafik akan menjawab dengan kebingungan, 'Aku tidak tahu. Dulu aku pernah mendengar orang-orang mengatakan sesuatu lalu aku mengatakannya'.

[b]. Siksa Dan Nikmat Kubur
Siksa kubur diperuntukkan bagi orang-orang zhalim, yakni orang-orang munafik dan orang-orang kafir, seperti dalam firmanNya.

"Artinya : Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zhalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), 'Keluarkanlah nyawamu'. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadp ayat-ayatNya". [Al-An'am : 93]

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang keluarga Fir'aun.

"Artinya : Kepada mereka dinampakkan Neraka pada pagi hari dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat, (Dikatakan kepada malaikat), Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras". [Al-Mu'min : 46]

Dalam Shahih Muslim Zaid bin Tsabit meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Artinya : Kalau tidak karena kalian saling mengubur (orang yang mati) pasti aku memohon kepada Allah agar memperdengarkan siksa kubur kepada kalian yang saya mendengarnya. Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menghadapkan wajahnya seraya berkata : 'Mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa Neraka'. Para sahabat berkata, 'Kami memohon perlindungan kepada Allah dan siksa Neraka'. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian berkata lagi, 'Mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa kubur'. Para sahabat berkata, 'Kami memohon perlindungan Allah dari siksa kubur'. Lalu beliau berkata lagi. 'Mohonlah perlindungan kepada Allah dari berbagai fitnah baik yang tampak maupun yang tidak tampak'. Para sahabat lalu berkata, 'Kami memohon perlindungan kepada Allah dari berbagai fitnah baik yang tampak maupun yang tidak tampak'. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata lagi. 'Mohonlah perlindungan kepada Allah dari fitnah Dajjal'. Para sahabat berkata, 'Kami mohon perlindungan kepada Allah dari fitnah Dajjal". [Hadits Riwayat Muslim]

Adapun nikmat kubur diperuntukkan bagi orang-orang mukmin yang jujur. Hal ini dijelaskan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam firmanNya.

"Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, Rabb kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih ; dan gembirakanlah mereka dengan (memperoleh) Surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". [Fushilat : 30]

"Artinya : Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketka itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat, maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar ?, Adapun jika dia (orang-orang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketentraman dan rezeki serta Surga kenikmatan". [Al-Waaqi'ah : 83-89]

Dari Al-Barra' bin Azib Radhiyallahu 'anhu dikatakan bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda tentang orang mukmin jika dapat menjawab pertanyaan dua malaikat di dalam kuburnya. Sabdanya, Ada suara dari langit, Hamba-Ku memang benar. Oleh karenanya, berilah dia alas dari Surga. Lalu datanglah kenikmatan dan keharuman dan Surga, dan kuburnya dilapangkan sejauh pandangan mata". [Hadits Riwayat Ahmad, Abu Daud, dalam hadits yang panjang]

Buah Iman Kepada Hari Akhir
[1]. Mencintai ketaatan dengan mengharap balasan pahala pada hari itu.
[2]. Membenci perbuatan maksiat dengan rasa takut akan siksa pada hari itu
[3]. Menghibur orang mukmin tentang apa yang didapatkan di dunia dengan mengharap kenikmatan serta pahala di akhirat.

Orang-orang kafir mengingkari adanya kebangkitan setelah mati dengan menyangka bahwa hari Akhir dengan segala peristiwa-peristiwanya adalah suatu hal yang mustahil. Persangkaan mereka jelas sangat keliru dan kesalahannya itu dapat dibuktikan dengan syara', indera dan akal.

[1]. Bukti Syara'
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"Artinya : Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah : Tidak demikian, demi Rabbku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah". [At-Taghaabun : 7]

Semua kitab-kitab suci samawi telah sepakat tentang adanya hari kebangkitan.

[2]. Bukti Inderawi
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memperlihatkan bagaimana Dia menghidupkan orang-orang yang sudah mati du dunia ini. Dalam surat Al-Baqarah terdapat lima contoh mengenai hal ini.

[a]. Ketika kaum Musa berkata kepada nabinya Musa alaihis salam bahwa mereka tidak akan percaya dengan risalah yang dibawa Musa alaihis salam, sampai mereka melihat Allah dengan mata kepada mereka sendiri. Oleh karena itulah Allah berfirman (yang ditujukan kepada bani Israil).

"Artinya : Dan (ingatlah), ketika kamu berkata : 'Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamua sebelum kami melihat Allah dengan terang', karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya. Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur". [Al-Baqarah 55-56]

[b]. Cerita orang yang terbunuh yang pembunuhnya dipersengketakan bani Israil. Allah Subhanahu wa Ta'ala lalu memerintahkan mereka untuk menyembelih sapi, kemudian daging sapi itu dipukulkan ke tubuh orang yang terbunuh itu agar dapat menceritakan siapa sebenarnya yang telah membunuhnya. Hal ini diungkapkan dalam firmanNya.

"Artinya : Dan (ingatlah) ketika kamu membunuh seorang manusia, lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. Lalu Kami berfirman : 'Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu !'. Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaanNya agar kamu mengerti". [Al-Baqarah : 72-73]

[c]. Kisah kaum yang keluar dari negerinya karena menghindari kematian. Mereka berjumlah ribuan orang Allah mematikan mereka, lalu menghidupkan kembali. Ini digambarkan dalam firmanNya.

"Artinya : Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampong halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati, maka Allah berfirman kepada mereka: 'Matilah kamu, kemungkinan Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur". [Al-Baqarah : 243]

[d]. Kisah orang yang melewati sebuah desa yang hancur. Dia sangsi, bagaimana Allah mematikannya selama seratus tahun, dan kemudian Allah menghidupkannya kembali. Ini dikisahkan dalam firmanNya.

"Artinya : Atau apakah (kamu memperhatikan) orang yang melewati suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata, 'Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur ?' Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidukannya kembali. Allah bertanya, 'Berapa lama kamu tinggal di sini ?'. Ia menjawab, 'Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari', Allah berfirman. 'Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah, dan lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang belulang). Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia. Lihatlah tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging', Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata, 'Saya yakin Allah Mahakuasa atas segala sesuatu".[Al-Baqarah : 259]

[e]. Kisah Nabiyullah Ibrahim Al-Khalil ketika bertanya kepada Allah bagaimana Dia menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati. Allah memerintahkannya untuk menyembelih empat ekor burung dan memisah-misahkan bagian-bagian tubuh burung itu di atas gunung-gunung yang ada di sekelilingnya. Ibrahim memanggil burung itu, lalu tak lama tampaklah olehnya bagian-bagian tubuh burung itu menyatu dan segera mendatangi Nabi Ibrahim kembali. Ini dikisahkan Allah dalam Al-Qur'anul Karim.

"Artinya : Dan (ingatlah) ketika Ibrahim bekata : 'Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati', 'Allah berfirman : 'Apakah kamu belum percaya ?' Ibrahim menjawab : 'Saya telah percaya, akan tetapi agar bertambah tetap hati saya', Allah berfirman. '(Kalau demikian), ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu, lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu. Sesudah itu panggillah mereka, niscaya mereka akan datang kepada kamu dengan segera', Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". [Al-Baqarah : 260]

Inilah contoh-contoh bukti inderawi yang menunjukkan mungkinnya Allah menghidupkan orang-orang yang sudah mati. Telah diisyaratkan di atas, Allah menjadikan tanda-tanda Isa bin Maryam yang menghidupkan orang-orang yang sudah mati serta mengeluarkannya dari kubur dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala

[Ditulis ulang dari Syarhu Ushulil Iman, Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Edisi Indonesia: Prinsip-Prinsip Dasar Keimanan. Penerjemah: Ali Makhtum Assalamy. Penerbit: KSA Foreigners Guidance Center In Gassim Zone] - 27 Agustus 2005

Sumber :
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
http://www.almanhaj.or.id/content/1552/slash/0
8 September 2009

Siksa Kubur

TANYA :

Assalamu'alaikum ustad,

saya ingin bertanya tentang siksa kubur, apakah memang ada?, bila iya bagaimana dengan pengadilan akhir (sesudah kiamat).
Wassalamu'alaikum

Beppy


JAWAB :



Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh

Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, wa ba`du,

Sebenarnya adanya azab kubur itu sesuatu yang sudah qath'i dan pasti sifatnya. Tidak perlu dipermasalahkan lagi apalagi hanya dengan menggunakan pemahaman isyarat dari sebuah ayat seperti yang anda sampaikan. Sebab makna membangunkan dari tidur dalam surat Yasin yang anda sebutkan juga tidak bermakna bahwa mereka di dalam kubur itu kerjanya sepanjang waktu hanya tidur-tiduran saja. Dalam banyak ayat Al-Quran Al-Kariem dan juga tentunya hadits Rasulullah SAW, kita mendapatkan bahwa dalil yang jelas dan qath�i. Demikian juga Rasulullah SAW menyebut-nyebut azab kubur secara tegas, jelas dan terang. Bagaimana mungkin kemudian mengingkarinya semata-mata mengambil pengertian kedua dari ayat-ayat Al-Quran Al-Kariem ?

A. Ayat-ayat Quran

1. Ayat Pertama

Allah SWT telah berfirman di dalam Al-Quran Al-Kariem tentang adanya azab kubur.
Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, : "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah yang tidak benar dan kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.(QS. Al-Anam : 93)

2. Ayat Kedua

Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.(QS. At-Taubah : 101)

Di ayat ini teramat jelas bahwa Allah SWT menyiksa orang zalim itu dua kali, yaitu pada alam kubur dalam kematiannya yaitu setelah nyawa dicabut hingga menjelang hari kiamat. Dan berikutnya adalah siksaan setelah hari kiamat yaitu di neraka.

3. Ayat Ketiga

Demikian juga yang Allah SWT lakukan kepada Fir'aun yang zalim, sombong dan menjadikan dirinya tuhan selain Allah SWT. Allah SWT mengazabnya dua kali, yaitu di alam kuburnya dan di akhirat nanti. Di alam kuburnya dengan dinampakkan kepadanya neraka pada pagi dan petang. Ini merupakan siksaan sebelum dia benar-benar dijebloskan ke dalamnya dan terjadinya pada alam kuburnya.

Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. : "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras". (QS. Al-Mu'min : 46)

4. Ayat Keempat

Ayat ini lalu dikuatkan juga dengan ayat lainnya yang juga menyebutkan ada dua kali kematian, yaitu kematian dari hidup di dunia ini dan kematian setelah alam kubur.

Mereka menjawab: "Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali , lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan untuk keluar ?"(QS. Al-Mu'min : 11)


B. Dalil Hadits Shahih

Selain ayat-ayat Al-Quran Al-Kariem, hadits-hadits shahih pun secara jelas menyebutkan adanya azab qubur. Sehingga tidak mungkin bisa ditolak lagi kewajiban kita untuk meyakini keberadaan azab kubur itu, sebab bila sudah Al-Quran Al-Kariem dan hadits shahih yang menyatakannya, maka argumentasi apa lagi yang akan kita sampaikan ?

1. Hadits Pertama

Dalam hadits yang pertama kami sampaikan tentang azab kubur ini, haditsnya masih amat kuat berhubungan dengan ayat Al-Quran Al-Kariem. Yaitu firman Allah SWT dalam Al-Quran Al-Kariem :

Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.(QS> Ibrahim : 27)

Sebuah lafaz dalam ayat di atas menyebutkan tentang "ucapan yang teguh" yang dalam bahasa Al-Quran Al-Kariem disebut dengan al-qouluts-tsabit dijelaskan oleh Rasulullah SAW bahwa itu adalah tentang pertolongan Allah SWT ketika seseorang menghadapi azab kuburnya.

Dari Al-Barra' bin Azib dari Rasulullah SAW bahwa ketika seorang mukmin didudukkan di dalam kuburnya, didatangilah oleh malaikat, kemudian dia bersyahadat tiada tuhan kecuali Allah SWT dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah SAW, maka itulah makna bahwa Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh . (HR. Bukhari kitab Janaiz Bab Maa Ja�a Fi azabil Qabri hn. 1280)

2. Hadits Kedua

Ada sebuah doa yang dipanjatkan oleh beliau dan diriwayatkan dengan shahih dalam shahih Al-bukhari.
Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW berdoa dalam shalat,�Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari azab kubur �(HR. Bukhari kitab azan bab doa sebelum salam hn. 789)

3. Hadits Ketiga

Dalam kitab shahihnya itu, Al-Bukhari pun membuat satu bab khusus azab kubur.
Dari Aisyah ra bahwa seorang wanita yahudi mendatanginya dan bercerita tentang azab kubur dan berkata,"Semoga Allah SWT melindungimu dari azab kubur". Lalu Aisyah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang keberadaan azab kubur itu. Rasulullah SAW menjawab,"Ya, azab kubur itu ada". Aisyah ra berkata,"Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW melakukan shalat kecuali beliau berlindung kepada Allah SWT dari azab kubur". (HR. Bukhari kitab Janaiz Bab Maa Ja'a Fi azabil Qabri hn. 1283)

Kesimpulan :

Umat Islam sejak masa Rasulullah SAW hingga hari ini telah berijma' (bersepakat) bahwa azab kubur itu adalah sesuatu yang pasti adanya.

Posisi siksa kubur ini bisa diibaratkan sebagai DP dari siksa yang sebenarnya atau seperti penjahat yang ketika diinterogasi mendapatkan begitu banyak intimidasi dan teror sebelum mendapat siksa yang sebenarnya di hari kiamat.

Wallahu a'lam bish-shawab.

-24-25 Februari 2009

Sumber :
http://www.syariahonline.com/kajian.php?lihat=detil&kajian_id=38464
8 September 2009

Hukum Mengingkari Siksa Kubur

Siksa kubur adalah perkara yang pasti ada. Perkara ini termasuk masalah aqidah yang telah lama diyakini oleh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan pengikutnya.

A’isyah -radhiyallahu ‘anha- menuturkan,

"Seorang wanita Yahudi pernah masuk menemui A’isyah. Wanita itu menyebutkan siksa kubur seraya berkata kepada A’isyah, "Semoga Allah menjagamu dari siksa kubur. Kemudian A’isyah bertanya (kepada Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- ) tentang siksa kubur, maka Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, "Ya, siksa kubur benar ada". A’isyah berkata, "Aku tak pernah melihat Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- sholat setelah itu, kecuali beliau meminta perlindungan dari siksa kubur". [HR. Al-Bukhariy dalam Shahih-nya (1372)]

Kemudian dekade terakhir ini, muncul sekelompok manusia dari kalangan Hizbut Tahrir (HTI) yang berusaha menolak hadits ahad dalam masalah aqidah sehingga mereka banyak mengingkari aqidah (keyakinan) yang ada dalam hadits-hadits ahad tersebut, seperti masalah siksa kubur. Orang-orang Hizbut Tahrir telah mengingkari aqidah adanya siksa kubur !! Ini adalah paham sesat yang telah diusung sebelumnya oleh pendahulu mereka dari kalangan sekte sempalan, Mu’tazilah !!!

Ada yang pernah menyoal perkara ini kepada para ulama’ Ahlus Sunnah wal Jama’ah, "Apa hukumnya mengingkari siksa kubur dengan dalih bahwa hadits-hadits yang berkaitan dengan siksa kubur adalah hadits-hadits ahad. Sedang hadits ahad tidak boleh dipegangi sama sekali dalam perkara aqidah?"

Para ulama’ Ahlus Sunnah yang tergabung dalam Lembaga Fatwa Al-Lajnah Ad-Da’imahmemberikan jawaban kepada si Penanya setelah memuji Allah, dan bersholawat kepada Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan para sahabatnya, "Jika telah nyata sebuah hadits ahad dari Rasul -Shollallahu ‘alaihi wasallam-, maka hadits itu adalah hujjah dalam perkara yang ia tunjukkan dalam hal aqidah, maupun amaliah berdasarkan ijma’ (kesepakatan) Ahlus Sunnah. Barangsiapa yang mengingkari hadits ahad setelah tegaknya hujjah atas dirinya, maka ia kafir !! Rujuk masalah ini dalam kitab Ash-Showa’iq karya Ibnul Qoyyim, atau Mukhtashor-nya karya Al-Maushiliy. Wabillahit taufiq, washollallahu ala Nabiyyina Muhammad wa alihi wa shohbihi wa sallam ". [Lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta’ (5/13)]

Sumber :
http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=1399
8 September 2009

Siksa Kubur

Semua kita hampir dapat dipastikan lalai tentang sebuah dimensi yang disebut alam kubur. Padahal dimensi ini, suka atau tidak semua orang akan menjadi penghuninya. Kesibukan di dunia telah banyak melalaikan orang dari mengingat kubur atau bahkan lupa untuk mempersiapkan diri memasuki alam ini. Firman Allah swt: \"Bermegah-megah telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur." (At Takatsur:1-2)


Alam kubur adalah suatu alam yang sukar dibayangkan dengan akal manusia. Akan tetapi alam ini dapat dilihat dengan mata hati setelah dipimpin dengan ilmu berlandaskan wahyu, iman dan keyakinan. Salah satu keunikan alam ini ialah ia mampu bertutur walaupun sesungguhnya suara kubur itu tidak terdengar manusia. Perkara ini hanya dimengertikan oleh hati yang penuh keyakinan. Allah swt telah menciptakan lidah (lisan) kepada kubur dan bertuturlah kubur dengan lidahnya itu katanya:

Hadits riwayat Hannad bin Sariq dari Abdillah bin Ubaid bin Umair, Rasulullah saw bersabda yang artinya: "Wahai anak Adam, bagaimanakah kamu hidup di dunia sedang engkau melupakan aku, tidakkah engkau tahu bahwa aku adalah tempat kediaman yang sepi dan perorangan, tempat yang dipenuhi ulat dan cacing."

Maka kita jangan melupakan alam kubur, karena manusia tidak dapat lari dari perjumpaan dengan ajalnya, seperti firman Allah, "Dan datanglah sakratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya." Kaum Muslimin yakin benar bahwa alam kubur, siksaan di dalamnya, dan pertanyaan dua malaikat adalah benar adanya berdasarkan dalil-dalil wahyu, dan dalil-dalil akal seperti berikut ini:

Dalil Tentang Adanya Alam Kubur, Azab dan Kenikmatannya.
"Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata), ‘Rasakan oleh kalian siksa neraka yang membakar,' (tentulah kamu akan merasa ngeri). Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tangan mereka sendiri, sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya." (Al Anfal: 50-51)

"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zhalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), keluarkanlah nyawa kalian. Pada hari ini kalian dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kalian selalu mengatakan terhadap Allah ( perkataan) yang tidak benar dan (karena) kalian selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. Dan sesungguhnya kalian datang kepada Kaini sendiri-sendri sebagaimana kalian Kami ciptakan pada mulanya, dan kalian tinggalkan di belakang kalian (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepada kalian dan Kami tidak melihat beserta kalian pemberi syafaat yang kalian anggap bahwa mareka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kalian sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kalian dan telah lennyap daripada kalian apa yang dahulu kalian anggap (sebagai sekutu Allah) '(Al-An'am: 93-­94).

"Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada adzab yang besar. '(At-Taubah: 101).

"Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat (Dikatakan kepada malaikat), Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras (Ghafir: 46).

"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. '(lbrahim: 27).

"Jika seorang hamba telah diletakkan di kuburnya, dan sahabat­-sahabatnya telah meninggalkannya, serta a mendengar suara sandal mereka, maka dua malaikat datang kepadanya kemudian duduk padanya. Kedua malaikat tersebut berkata,"Apa yanq dulu engkau katakan tentang orang ini (Rasulullah shalalallahu alahi wasalam) Adapun orang mukmln ia berkata,'Aku bersaksi bahwa dia hamba Allah, dan Rasul-Nya, kemudian dikatakan kepadanya, lihatlah ke kursimu di neraka, Allah telah memberi ganti untukmu dengan kursi dari surga. 'Orang Mukmin tersebut bisa melihat kedua kursi tersebut. Adapun munafik, atau orang kafir, maka kedua malakat bertanya kepada keduanya,'Apa yang dulu enqkau katakan tentang orang ini (Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam)? '0rang munafik atau orang kafir tersebut berkata,'Aku tidak tahu. Dulu aku hanya berkata seperti yang dikatakan manusia. Dikatakan kepada 0rang kafir, atau orang munafik tersebut, Engkau tidak tahu, dan tidak mengikutinya? 'Kemudian orang kafir, atau orang munafik tersebut dlpukul dengan martil besi dengan pukulan yang membuatnya berteriak dengan teriakan yang bisa didengar makhluk-makhluk yang berdekatan dengannya kecuall manusia, dan jin." (Diriwayatkan Al-­Bukhari, Muslim, An-Nasai, Abu Daud, dan Ahmad).

"Jika salah seorang dari kalian meninggal dunia, maka kursinya diperlihatkan padanya pagi-sore. Jlka ia termasuk pnghuni surga maka ia termasuk penghuni surga, dan jika ia termasuk penghuni neraka maka ia akan meniadi penghuni neraka. Dikatakan kepada­nja,'Ini kursimu hingga Allah membangkitkanmu pada hari kia­mat " (Al-Bukhari)

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata dalam doanya,"Ya Allah, aku berlindung diri kepada Mu dan siksa kubur, dan siksa neraka, dan fitnah kehidupan, dan fitnah kematian, dan dan fitnah AI Masih Ad-Dajjal. "(Diriwayatkan Al-Bukhari).

Sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika berjalan mele­wati dua kuburan,"SesunggLihnya dua orang di dua kuburan tersebut sedang disiksa, dan keduanya fidak disiksa karena dosa besar Ya, salah seorang daii keduanya beqalan dengan membawa adu domba, sedang orang sa~ tidak mengenakan tutup kefika buang air kecil " (Diriwa­yatkan Al-Bukhari).

Keimanan seorang hamba kepada Allah swt, malaikat-malaikat­-Nya, dan hari akhir mengharuskannya beriman kepada siksa alam kubur, kenikmatannya, dan apa saja yang terjadi di dalamnya. Sebab, itu semua termasuk perkara-perkara ghaib. Jika seseorang mem­percayai sebagian sesuatu, maka menurut akal ia harus mengimani sebagian satunya. Alam kubur, kenikmatannya, pertanyaan dua malaikat bukan meru­pakan sesuatu yang mustahil menurut akal. Bahkan akal yang sehat mengakuinya dan memberi kesaksian terhadapnya.

Orang yang tidur terkadang bermimpi melihat sesuatu yang menye­nangkan kemudian ia berbahagia dengannya, dan menikmatinya, namun ia sedih jika ia terbangun. Atau terkadang ia bermimpi melihat sesuatu yang dibencinya, kemudian ia murung karenanya dan ia senang sekali kalau ada orang yang membangunkannya. Kenikmatan dan siksa di alam mimpi tersebut betul-betul terjadi pada ruhani, dan ruhani terpengaruh dengannya tanpa ia rasakan dan bisa dilihat oleh kita, serta tidak ada seorang pun yang memungkirinya. Bagaimana terhadap siksa alam kubur dan kenikmatannya yang pada dasarnya sama persis dengan mimpi tersebut?

Sedikit Tentang Mati
Tidak perlu kita takut kepada mati. Selagi kita bertaqwa kepada Allah dan mengikut ajaran yang di tunjukan oleh Nabi besar kita Muhammad s.a.w. Tetapi jika sebaliknya ingatlah janji Allah yang menyediakan azab yang pedih. Ingatlah di akhirat nanti ada syurga dan neraka. Manusia dibagi kepada tiga peringkat berhubung dengan mati. Orang yang tidak berhajat kepada mati dan sangat takut kepada mati; Orang yang ingin kepada mati tetapi masih takut kepada mati; Orang yang ingat kepada mati dan ia tidak takut kepada mati.

Allah berfirman dalam surah Al-Jumu'ah ayat 8: "Katakanlah (wahai Muhammad): "Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, Kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu dia beritakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan".

Allah berfirman dalam surah Ali 'Imran ayat 185: "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia Telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan."

Allah berfirman dalam surah Al-Munaafiquun, ayat 10-11: "Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang Telah kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, Mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan Aku dapat bersedekah dan Aku termasuk orang-orang yang saleh? Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila Telah datang waktu kematiannya. dan Allah Maha mengenal apa yang kamu kerjakan."

Allah berfirman dalam surah Al-Mu'minun' ayat 99-100 : "(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah Aku (ke dunia). Agar Aku berbuat amal yang saleh terhadap yang Telah Aku tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan."

Allah berfirman dalam surah Al-Mulk ayat 29. : "Katakanlah: "Dia-lah Allah yang Maha Penyayang kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah kami bertawakkal. kelak kamu akan mengetahui siapakah yang berada dalam kesesatan yang nyata".

Allah berfirman dalam surah Qiyamah ayat 26 hingga 30 : "Sekali-kali jangan. apabila nafas (seseorang) Telah (mendesak) sampai ke kerongkongan. Dan dikatakan (kepadanya): "Siapakah yang dapat menyembuhkan?".Dan dia yakin bahwa Sesungguhnya Itulah waktu perpisahan (dengan dunia),. Dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan).Kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau."

Hadits Rasulullah s.a.w : Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu niscaya akan masuk Neraka. Maka aku berkata yaitu perawi Hadits: Aku dan orang-orang yang tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu, akan memasuki Syurga."

Diriwayatkan daripada Abu Zar r.a katanya: Nabi saw bersabda: Jibril as telah mendatangi aku lalu memberitahu berita gembira, iaitu sesiapa yang mati di kalangan umatku dalam keadaan tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu, niscaya dia akan dimasukkan ke dalam Syurga. Aku bertanya: Walaupun dia berzina dan mencuri? Rasulullah bersabda: Walaupun dia berzina dan mencuri."

Hadits Ma'qil bin Yasar r.a: "Diriwayatkan dari Hasan ra berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang ditaklifkan oleh Allah untuk memimpin rakyatnya lalu mati dalam keadaan menipu rakyat, niscaya Allah mengharamkan ke atasnya Syurga."

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw pernah bersabda: "Apabila seseorang dari kamu berada dalam keadaan tasyahhud, maka hendaklah dia memohon perlindungan kepada Allah dari empat perkara dengan berdoa: yang artinya, Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon perlindungan kepadaMu dari siksaan Neraka Jahannam, dari siksa Kubur, dari fitnah selama hidup dan selepas mati serta dari kejahatan fitnah Dajjal."

Diriwayatkan dari Aisyah ra berkata: Nabi saw sering berdoa ketika sembahyangnya dengan berkata: "Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon perlindungan kepadaMu daripada siksa kubur dan aku memohon perlindungan kepadaMu daripada fitnah Dajjal. Aku juga memohon perlindungan kepadaMu daripada fitnah semasa hidup dan selepas mati. Ya Allah! Aku memohon perlindungan kepadaMu dari segala dosa dan hutang. Aisyah berkata lagi: Seseorang telah berkata kepada Rasulullah s.a.w: Alangkah banyaknya kamu memohon perlindungan dari beban hutang wahai Rasulullah! Lalu Rasulullah bersabda: Sesungguhnya seseorang yang sudah terkena beban hutang, apabila dia berkata-kata dia akan berdusta dan apabila berjanji dia akan mengingkari
Diriwayatkan daripada Abu Musa r.a katanya: Daripada Nabi s.a.w, baginda bersabda: "Perumpamaan rumah yang disebutkan nama Allah di dalamnya dengan rumah yang tidak disebutkan padanya nama Allah ialah seperti orang yang hidup dengan orang yang mati."

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: "Kiamat tidak akan berlaku sehinggalah seorang lelaki datang ke kubur seorang lelaki lain dan berkata: Kalau boleh aku ingin berada di tempat mayat itu (mati) ."

Diriwayatkan daripada Ibnu Umar r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: "Apabila seseorang itu mati, akan diperlihatkan tempatnya setiap pagi dan petang. Sekiranya dia di kalangan ahli Syurga, akan diperlihatkan kepadanya Syurga. Sekiranya dia dari kalangan ahli Neraka, akan diperlihatkan kepadanya Neraka. Diberitahu kepadanya: Inilah tempatmu sehingga kamu dibangkitkan oleh Allah pada Hari Kiamat ."

Diriwayatkan dari Saidatina Aisyah ra katanya: Rasulullah saw pernah bersabda: "Barangsiapa yang suka bertemu Allah, niscaya Allah juga suka bertemu dengannya. Begitu juga siapa saja yang tidak suka bertemu Allah, niscaya Allah juga tidak suka bertemu dengannya. Aku bertanya: Wahai Nabi Allah! Apakah kita perlu membenci mati? Di mana kami semua membenci mati. Baginda bersabda: Bukan begitu. Seseorang mukmin apabila diberitahu berita gembira dengan rahmat Allah, keredaanNya dan SyurgaNya nescaya dia pasti suka untuk bertemu Allah dan Allah juga suka bertemu dengannya. Sedangkan orang kafir apabila diberitahu adanya siksa serta murka Allah, dia tidak akan suka bertemu Allah dan Allah juga tidak suka bertemu dengannya. "

Diriwayatkan dari Saidatina Aisyah r.a katanya: Rasulullah saw pernah bersabda: "Barangsiapa yang suka bertemu Allah, niscaya Allah juga suka bertemu dengannya. Begitu juga sesiapa yang tidak suka bertemu Allah, nescaya Allah juga tidak suka bertemu dengannya. Aku bertanya: Wahai Nabi Allah! Apakah kita perlu membenci mati? Di mana kami semua membenci mati. Baginda bersabda: Bukan begitu. Seseorang mukmin apabila diberitahu berita gembira dengan rahmat Allah, keredaanNya dan SyurgaNya niscaya dia pasti suka untuk bertemu Allah dan Allah juga suka bertemu dengannya. Sedangkan orang kafir apabila diberitahu adanya siksa serta murka Allah, dia tidak akan suka bertemu Allah dan Allah juga tidak suka bertemu dengannya."

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: "Janganlah kamu bercita-cita supaya cepat mati dan janganlah kamu berdoa supaya mati sebelum kematian itu sendiri datang kepadamu. Sesungguhnya apabila kamu mati, akan terputuslah segala amalan kamu. Sebaliknya apabila dipanjangkan umur seorang mukmin bererti bertambahlah kebaikannya."

Dari keterangan di atas, ingatlah jangan sekali-kali mensyrikkan Allah dengan sesuatu. Semua makhluk di dunia ini akan menemui mati, tetapi keadaan kematiannya berlainan mengikut keimanan seseorang. Apakah ia mati dalam keimanan atau sebaliknya.

Persiapan Menghadapi Mati
Kubur mengeluh terhadap sikap manusia yang tidak sadar bahwa mereka bakal bersendirian dalam kubur. Manusia dianjurkan membawa teman setia mereka (amal yang shaleh di samping hati yang bersih). Manusia harus sadar, tatkala huru-hara dan kekacauan terjadi di dalam kubur, mereka amat memerlukan teman yang dapat memberikan pertolongan.
Kubur juga merasa sedih apabila manusia melupakannya. Hadits Nabi saw yang disampaikan oleh Malik dari Abdillah bin Umar: "Bahwa Kubur telah menangis sambil berkata dalam tangisannya. (Tidakkah kamu tahu) bahawa aku adalah rumah yang sunyi gelap-gelita, rumah yang perorangan dan rumah tempat ulat-ulat (yang bakal melumat daging-daging manusia)"

Walaupun kubur menangis mengenangkan nasib manusia, namun sayangnya. Manusia sendiri terus bergelut dalam tawa, seolah mereka tidak akan bertemu dengan kubur. Alangkah bahagianya jika manusia senantiasa mengingat kubur yang tidak pernah melupakan manusia. Ketika jenazah anak cucu Adam dibaringkan di dalam kubur, lantas kubur bertanya :
"Wahai anak cucu Adam. Tidakah kamu tahu bahawa aku adalah tempat manusia bersendiri tanpa teman. Tidakkah kamu tahu bahwa aku adalah rumah yang gelap-gelita, dan tidakkah kamu tahu bahawa aku adalah rumah yang haq (yaitu rumah yang pasti dihuni oleh keturunan Adam). Wahai anak cucu Adam, apakah yang telah memperdayakan engkau sehingga melupakan aku?" Kalaulah manusia sentiasa sadar bahawa kubur adalah tempat yang gelap, tentulah mereka datang dengan membawa obor dari amal sholeh mereka yang senantiasa bersinar. Malangnya, banyak manusia yang datang dengan tangan hampa tanpa perbekalan.

Tatkala berada dalam kubur, datang dua malaikat, iaitu Munkar dan Nankir yang akan berada di sisi mayat yang terbujur di dalam kubur. Munkar dan Nankir akan mengangkat mayat itu dari perbaringan dan meletakkannya dalam keadaan duduk. Malaikat Munkar dan Nankir dengan suara bagaikan halilintar mulai bertanya kepada ahli kubur. Siapakah Tuhan Kamu?, Siapakah nabimu?, Apakah agamamu? Apakah kiblatmu?... Kemampuan ahli kubur untuk menjawab terpulang kepada sejauh mana mereka menghayati empat perkara asas itu. Ada yang mendapat rahmat Allah mampu menjawab dengan mudah (Alhamdulillah) tetapi banyak yang pecnudang dan gagal memberi jawaban. Di masa manusia ditanya tentang ketuhanan, banyak yang tahu bahwa Allah tuhan mereka, sungguhpun persoalan ini dikemukakan kepada orang kafir. "Dan sesunggunya jika kamu tanyakan kepada mereka, Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan? Tentu mereka akan menjawab : Allah" (Surah Al-Ankabut : 61)

Namun demikian, tidak semua manusia tahu bahwa Allah itu Tuhan, akan bertuhankan Allah swt, sebagaimana orang kafir tahu bahwa yang menjadikan langit dan bumi itu ialah Allah, justeru mereka tidak beriman dengan apa yang mereka tahu. Sebaliknya, mereka mengambil tuhan-tuhan yang lain, ada yang menjadikan nafsu mereka sebagai tuhan mereka. Firman Allah: "Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya" (Surah Al-Furqan : 43)

Tidak kurang pula manusia yang hanya mengaku beriman dengan Allah tetapi hanya menyembah Allah dalam shalat saja akan tetapi di luar shalat, mereka tidak mematuhi Allah, enggan berpegang dan melaksanakan hukum Allah swt malah mereka ragu akan kebenaran hukum dan undang-undang Allah swt. Mereka berdalih dengan pelbagai alasan seperti hukum Islam tidak cocok diterapkan di negeri ini karena negeri kita masyarakatnya majemuk. Dalam keadaan penuh keraguan ini, tidak mudahlah baginya menjawab persoalan Munkar dan Nankir.

Tidak juga mudah untuk menjawab pertanyaan tentang 'rasul' jika kita tidak menjadi umat Muhammad saw yang patuh dan melaksanakan segala ajarannya dan mengikuti sunnahnya. Demikian pula soal kiblat, semua orang tahu bahawa kiblat orang Islam ialah Ka'bah tetapi mengapa banyak di antara kita menjalin hubungan sesama manusia berkiblatkan Barat. Kesemua pertanyaan yang dikemukakan oleh malaikat Munkar dan Nankir itu laksana soal-soal ujian yang bersisi tentang dasar hidup mereka semasa di dunia.

Golongan yang Selamat dari Siksa Kubur
Di kalangan ahli kubur yang mendapat taufiq Allah swt serta ditetapkan hatinya dengan kalimat Thayyibah "Lailahaillalah, Muhammadarasulullah" Mereka bukan hanya dapat menjawab pertanyaan Munkar dan Nankir malah dapat balik bertanya kepada kedua malaikat, adapun mereka adalah:
1. Para ulama yang terpilih oleh Allah swt disebabkan keimanan dan ketakwaannya yang memyebabkann mereka benar-benar ma'rifat akan Allah swt. Mereka ikhlas melakukan segala perintah Allah. Keadaan bagi mereka di kubur bagai berada di bawah sebuah kubah yang besar. Sebuah ruang yang terbuka luas dari kuburnya dan menghadap ke arah syurga. Ketika itu dihamparkan sutera-sutera syurga di tempat mereka bersimpuh, serta emerbak wewangian, ditambah nikmatnya hembusan angin yang lembut menyerpa dari taman syurga yang nyaman dan menyegarkan. Segala kesenangan yang dinikmati menjadikan mereka berada dalam keadaan yang sungguh nyaman dan mereka seringkali akan bertanya kepada Allah swt, bilakah Qiamat akan datang?

2. Golongan terpilih selepas ulama ialah orang-orang yang tergolong dalam kategori "Al-Mukmin al Amil", sungguhpun mereka tidak mempunyai amal yang banyak seperti ulama tadi. Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang akan menjadikan amal sholeh mereka menjadi seorang yang paling disayangi dan dihormati ketika di dunia dulu untuk menjadi temannya sepanjang masa di dalam kubur. Alangkah bahagianya bagi seseorang yang sedang kesepian duduk sendirian, tiba-tiba datang beberapa teman dari kalangan sahabat dan handai taulan yang dikasihi mendampinginya. Sebelum mereka tiba, telah sampai terlebih dahalu semerbak wewangian.

Bagi mukmin ‘Ashi (mukmin yang melakukan maksiat) segala perbuatan maksiat mereka akan dijelmakan oleh Allah s.w.t menjadi seekor Khinzir atau binatang buas. Segala kejahatan akan menjadi bala kepada mereka; menambahkan lagi azab sengsara di dalam kubur, di samping azab yang didatangkan oleh malaikat disebabkan kegagalan untuk menjawab pelbagai soalan yang dikemukakan.

Pelajaran dari Azab Kubur
Allah swt memberikan ganjaran kepada manusia setimpal dengan amalnya. Bagi mukmin yang bertaqwa, mereka akan mendapat pahala yang sangat istimewa. Adapun terhadap yang fujjar dan kuffar, mereka akan ditimpa azab yang tidak dapat dibayangkan oleh fikiran manusia kerana azab ini tidak pernah disaksikan atau berlaku di atas muka bumi. Dalam keadaan menanggung azab yang pedih, tiba-tiba Allah s.w.t memerintahkan agar dibuka pintu yang menghala ke lorong yang menuju neraka. Segala bau busuk dan bahang neraka meresap masuk ke dalam kubur mereka. Malaikat akan datang membawa bunga rampai api neraka dan menaburkan ke atas kafir dan fujjar yang berbaring. Sebelum datang smeua ini, Allah s.w.t mendatangkan pula sepasang pakaian daripada minyak yang mendidih, dibalutkan pakaian tersebut kepada mereka.

Ingatlah sungguhpun Allah menurunkan pelbagai bala seperti gempa bumi, angin ribut, taufan dan lain-lain, namun semua ini hanya bala Allah yang Maha Perkasa dengan tujuan agar manusia berfikir dan insaf. Dengan berbuat demikian, niscaya akan menambahkan lagi keyakinan dan keimanan terhadap kekuasaan Allah s.w.t.

Selain malaikat Munkar dan Nankir, akan datang sekumpulan malaikat yang buta dan tuli yang khusus bertugas memberi azab yang pedih. Di tangan mereka ada palu besi yang jika dipukulkan kepada gunung batu, niscaya akan hancur lebur dengan sekali pukul. Kubur tempat roh menerima hukuman. Oleh karena itu, wajiblah seseorang itu beriman dengan perkara yang akan dirasakan oleh roh. Roh seseorang akan senang dan riang apabila ditunjukkan segala amal perbuatannya yang sholeh dan roh seseorang itu akan merasa dukacita dan bersedih hati apabila melihat amalannya yang jahat. Wallahu a'lam
- 26 Juli 2005

Sumber :
Aidil Heryana
http://www.pk-sejahtera.org/v2/main.php?op=isi&id=149
8 September 2009