Rabu, 23 September 2009

Bekal Kubur

Ada dialog yang cukup menggugah dan terjadi pada masa 'Amr Ibn Al-'Ash. Di siang hari, saat sedang istirahat, datanglah putra 'Amr Ibn Al-'Ash berkata kepadanya, "Wahai Ayahku, terangkanlah kepadaku tentang kematian. Sebab, engkaulah orang yang paling tepat bagiku untuk menerangkan masalah itu." 'Amru Ibn Al-'Ash merasa senang bercampur takut. Senang, karena anaknya mampu menjadikan dirinya bukan hanya sekedar ayah, tapi juga tempat bertanya dan berkeluh kesah. Takut, karena pertanyaan yang diajukan anaknya adalah pertanyaan yang cukup berat untuk dijelaskan. Sebab, tak ada seorang pun yang berani mengilustrasikan beratnya kematian itu. Dengan santai dan penuh kehati-hatian, 'Amr Ibn Al-'Ash menjawab, "Wahai anakku, Demi Allah, sungguh kematian itu seperti gunung-gunung yang ada di dunia ini sedang diletakkan di dadaku dan aku bernapas seperti bernapas dari lubang jarum." Mendengar jawaban 'Amr Ibn Al-Ash, sepertinya kematian itu cukup berat sekali. Seakan-akan tak sebanding dengan kehidupan yang dijalani di dunia ini. Padahal, kehidupan dan kematian adalah pasangan yang ditakdirkan oleh Allah SWT. Namun, kematian yang dikatakan 'Amr Ibn Al-'Ash itu adalah kondisi umum yang akan terjadi pada manusia yang memiliki bekal kematian. Dan, jawaban itu bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits Rasulullah. Di dalam surat Al-Hijr ayat 84, Allah SWT berfirman, "Maka tak dapat menolong mereka apa yang mereka usahakan." Memahami firman Allah tersebut, akan semakin membuat kita kian goyah dan kian takut menghadapi kematian yang akan dialami nanti dan terasa cukup berat sekali. Karena apa yang diusahakan di dunia ini akan sia-sia. Harta banyak yang telah diusahakan tidak mampu membantu. Isteri cantik yang dibanggakan selama ini tak bisa menolong. Anak yang pintar tak bisa membantu saat kematian menghampiri. Nyaris kondisi kita seperti apa yang dikatakan Rasulullah dalam haditsnya. Rasulullah SAW bersabda, "Tiada lain kondisi mayat di dalam kuburnya kecuali seperti orang tenggelam yang mencari pertolongan." Maka tepat apa yang dikatakan Abu Bakar Ash-Shiddiq RA tentang kematian, "Siapa yang masuk kubur tanpa bekal, seperti halnya melintasi laut tanpa perahu." Hanya kalimat hauqalah yang bisa kita ucapkan mendengar komentar Umar bin Khattab tentang kematian. La Haula Wala Quwwata Illa Billah. Lalu, bekal apa yang harus dicari agar kita bisa bernapas sekalipun seperti bernapas di lubang jarum? 'Aid Al-Qarni dalam bukunya Wa Ja'at Sakrat Al-Maut bi Al-Haqq menyatakan paling tidak ada empat hal yang harus dilakukan umat Muhammad agar memiliki bekal di dalam kubur. Pertama, sering menziarahi kubur. Dengan ziarah kubur, akan mengingatkan kita bahwa suatu saat kita akan merasakan seperti apa yang dirasakan si mayat di dalam kubur. Dari salam yang diucapkan penziarah hingga pertanyaan yang diajukan malaikat di dalam kubur. Dengan ziarah kubur, kita akan merenungkan bahwa kematian telah memisahkan kita dari segalanya yang ada di dunia ini dan mencampakkan kita ke dalam lubang yang gelap gulita. Tak ada lagi isteri, anak, harta, dan pakaian yang dibanggakan. Kematian menghapuskan semua itu dan memasukkan kita ke dalam lubang yang mengerikan. Kedua, menziarahi orang shaleh. Dengan seringnya mengunjungi orang shaleh dan mendengarkan nasehatnya, akan membuat kita terasa tenang, sekalipun kematian itu berat. Karena bernafas bagaikan dari lubang jarum yang dikatakan 'Amr Ibn Al-'Ash adalah gambaran umat Muhammad yang memiliki bekal kematian. Orang shaleh yang paling baik adalah orang-orang yang mengetauhi ilmu syari'at serta mendalami Al-Qur'an dan Hadits Rasul. Karena mereka hidup selalu diiringi dengan hujjah yang jelas dan memiliki firasat yang tajam dan akurat sebagai rahmat dan anugerah dari Allah untuk mereka. Bahkan Rasullullah sangat menganjurkan untuk berteman dengan orang shaleh yang berilmu dan mengamalkan ilmunya. Rasulullah SAW bersabda, "Bertemanlah kalian dengan ulama dan dengarkanlah perkataan hukama' (ahli hikmah). Karena Allah SWT menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah sebagaimana menghidupkan tanah gersang dengan hujan." Bukan hanya itu, Allah SWT juga berfirman tentang pentingnya berteman dengan orang shaleh dalam surat Az-Zukhruf ayat 67, "Teman-teman akrab pada hari itu sebagian menjadi musuh bagi sebagian lain kecuali orang-orang yang bertakwa." Ketiga, membaca Al-Qur'an. Al-Qur'an adalah kalam Allah SWT yang terdapat di dalamnya penjelasan tentang kematian, bekal yang dibawa, dan kehidupan yang akan dirasakan di dalam kubur. Dengan aktif membaca Al-Qur'an, seorang muslim menghadapi kematian tidak lagi dalam kondisi penuh ketakutan. Ia masih mampu bernafas, meskipun seperti kata 'Amr Ibn Al-'Ash seolah-olah bernafas dari lubang jarum. Karena Rasulullah SAW menceritakan bahwa orang yang rajin membaca Al-Qur'an akan mendapatkan syafa'at dari Al-Qur'an itu sendiri. Rasulullah SAW bersabda, "Bacalah Al-Qur'an, karena sesungguhnya ia akan datang kepada para pembacanya kelak di hari kiamat dengan membawa syafa'at." Bukan hanya itu saja, Rasulullah SAW juga mengkategorikan orang yang aktif membaca Al-Qur'an sebagai umat terbaiknya. Rasulullah SAW berkata, "Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya." Subhanallah, begitu mulia kedudukan pembaca Al-Qur'an. Dengan membaca Al-Qur'an, bekal yang dibawa sudah apik, apalagi jika Al-Qur'an telah tertanam dalam hati seorang hamba, maka ia akan memberikan pengaruh dan manfaat yang sangat luar biasa bagi hamba tersebut. Keempat, mengurangi cita-cita yang bersifat dunia. Artinya, cobalah untuk tidak takluk dengan dunia. Jadikan dunia dan isinya hanya sebagai kendaraan untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Karena dunia bukanlah tempat terakhir bagi kita. Masih ada tempat pertanggungjawaban yang melahirkan vonis apakah kita masuk penduduk yang merasakan nikmatnya jamuan-jamuan surga ataukah kita masuk penduduk yang harus berdomisili dulu di tempat pembalasan atas perbuatan keji kita di dunia dulu. Maka Rasulullah SAW selalu menasehati para sahabat dengan mengatakan, "Hiduplah di dunia ini bagaikan seorang pengembara." Sehingga, pesan Ibnu Umar layak untuk diingat, "Jika engkau sedang berada pada hari ini, maka janganlah engkau tunda-tunda sampai hari esok. Jika engkau sedang berada pada waktu sore, maka janganlah engkau tunda-tunda hingga pagi hari. Pergunakanlah sehatmu sebelum datang sakitmu dan pergunakanlah hidupmu sebelum datang matimu." Karena itu, marilah bertobat dan aktif berbuat baik. Tidaklah ada persiapan diri untuk menghadapi kematian yang lebih baik kecuali dengan menyegerakan diri bertobat dan senantiasa memperbaharui tobat dari hari ke hari. "Setiap yang berjiwa, pasti akan merasakan mati." (QS. Ali Imran : 185). Demikianlah Allah menegaskan tentang keberadaan kematian. Maka Sabda Rasulullah SAW, "Perbanyaklah olehmu mengingat si pencabut semua kesenangan." Kematian dikatakan sebagai si pencabut nyawa karena ia memisahkan seseorang dari apa pun dan siapa pun yang dicintainya dan akan ditempatkan ke dalam lubang yang gelap gulita. Semoga dengan bekal-bekal yang dijelaskan di atas, kematian dan gelapnya kubur tidak lagi menjadi hal yang begitu mengerikan sekali. Aamiin. - 24 Februari 2009

Sumber : Rahmat Hidayat Nasution http://kotasantri.com/index.php/pelangi/baca/48 9 September 2009 Sumber Gambar: http://www.mizan.com/bookimages/m-mengenali_alam_kubur.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar